Friday, June 10, 2022

KOMUNIKASI TULIS (SURAT MENYURAT)-Mata Kuliah Menulis

MAKALAH

MENULIS

"KOMUNIKASI TULIS (SURAT MENYURAT)"

Dosen Pengampu: Umi Kholidah, M.Pd.


Disusun Oleh:

SINTA SILVASIA (2019406403014)

FADLY ALVIANTO (2019406403060)

EKA SAFITRIANI (2019406403035)

RATIH AGUSTINA PUTRI (2019406403048)

LUTFI NUR AZIZAH (2019406403053)

ALFIA NURUL AINI (2019406403004)

SALSA APRILIANA (2019406403027)

RIZKA INDAH RAMADHANI (2019406403061)

AYU RETNO SULISTIYOWATI (2019406403043)

FADLHU ROHMAN RAMADHANI (2019406403011)


PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG

TAHUN 2020/2021




KATA PENGANTAR


Syukur alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Menulis.

Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada:

  1. Umi Kholidah, M.Pd. selaku dosen pengampu yang telah membantu kami dalam mengerjakan makalah ini.
  2. Kepada teman-teman mahasiswa juga yang telah memberi konstribusi baik langsung, maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah.

Dalam makalah ini dijelaskan pengertian secara umum. Adapun tujuan kami menyusun makalah ini yang utama adalah untuk memenuhi tugas dari dosen yang membimbing kami dalam mata kuliah Menulis.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman yang kami miliki.Oleh karena itu,kami mengharapkan segala bentuk saran dan masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.


Pringsewu, 16 November 2020


Penulis




DAFTAR ISI


HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR 

DAFTAR ISI


BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 

B. Rumusan Masalah 

C. Tujuan Penulisan 


BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Surat Menyurat 

B. Jenis-jenis Surat 

C. Bahasa Surat 

D. Bentuk Surat 

E. Fungsi Surat 


BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan 

B. Saran 

DAFTAR PUSTAKA



BAB I

PENDAHULUAN


A. LATAR BELAKANG

Surat adalah sebuah alat atau media komunikasi yang berupa tulisan yang berisi informasi, pesan, persyaratan, atau tanggapan sesuai keinginan sang penulis surat. Surat merupakan sarana komunikasi tertulis. Surat dipandang sebagai alat komunikasi tulis yang paling efisien, efektif, ekonomis, dan praktis dibandingkan dengan komunikasi lisan. Apa yang dikomunikasikan melalui surat akan sampai kepada alamat yang dituju sesuai dengan sumber aslinya. Peranan surat lebih penting lagi, terutama dalam surat resmi, seperti surat yang dikeluarkan oleh organisasi/lembaga. Sebagai contoh, pada saat sebuah perusahaan dagang mengirimkan surat kepada perusahaan lain yang bermaksud untuk menawarkan produk yang dijual oleh perusahaan dagang tersebut. Berdasarkan ilustrasi tersebut dapat dikatakan bahwa surat dapat berfungsi sebagai alat komunikasi atau penyampai informasi dari perusahaan dagang tersebut kepada perusahaan lain. Surat juga dapat berfungsi sebagai wakil penulis, dalam hal ini penulis tidak perlu langsung bertatap muka dengan orang yang dituju untuk menyampaikan informasi melainkan diwakili oleh surat.

Namun terkadang, kita tidak mengerti bagaimana pengertian, fungsi, bentuk, jenis-jenis dan bahasa surat yang baik dan benar. Untuk itu, dalam makalah ini akan dibahas mengenai hal-hal yang berkaitan dengan surat menyurat.


B. RUMUSAN MASALAH

1. Apakah pengertia surat ?

2. Apa sajakah fungsi surat ?

3. Apa saja jenis-jenis surat ?

4. Apa saja ciri-ciri surat ?


C. TUJUAN PENULISAN

1. Untuk mengetahui pengertia mengenai surat

2. Untuk mengetauhi fungsi surat

3. Untuk mengetahui jeni-jeni surat

4. Untuk mengetahui ciri-ciri dari surat.



BAB II

PEMBAHASAN 


A. Pengertian Surat Menyurat

1. Pengertian Surat

Surat adalah suatu sarana untuk menyampaikan pernyataan-pernyataan atau informasi secara tertulis dari pihak yang satu kepada pihak yang lain, baik atas nama sendiri, maupun atas nama jabatannya dalam sebuah organisasi, instansi ataupun perusahaan. Informasi-informasi ini dapat beberapa permintaan, laporan, pemikiran, saran-saran dan sebagainya.


2. Pengertian dan Tujuan Surat Menyurat

Surat menyurat adalah suatu kegiatan untuk mengadakan hubungan secara terus menerus antara pihak yang satu kepada pihak yang lainnya. Dan dilaksanakan dengan saling berkiriman surat. Kegiatan surat menyurat ini disebut juga dengan istilah lainnya yaitu korespondensi. Jika hanya sepihak saja yang mengirimkan surat secara terus menerus tanpa ada balasan atau tanggapan dari pihak lainnya hal ini tidak dapat dinamakan kegiatan surat menyurat. Setiap kerja perorangan apalagi organisasi selalu membutuhkan kerja sama dengan pihak lain untuk mencapai tujuannya.

Tujuan menulis surat secara garis besar diklasifikasikan menjadi tiga macam, yaitu:    

1. Menyampaikan informasi kepada pembaca surat;

2. Mendapatkan tanggapan dari pembaca surat tentang isi surat;

3. Ingin mendapatkan tanggapan dan menyampaikan informasi kepada pembaca surat.


B. Jenis-jenis Surat 

1. Jenis Surat Berdasarkan Sifatnya.

Berdasarkan sifatnya surat dapat digolongkan menjadi lima jenis yaitu :

a. Surat Pribadi

Surat pribadi adalah surat-surat yang bersifat kekeluargaan, surat-surat yang berisi masalah keluarga, baik tentang kesehatan, keuangan keluarga dan sebagainya.

Surat Pribadi, dibedakan menjadi:

1. Surat pribadi yang bersifat resmi, surat atas nama pribadi yang dikirim ke organisasi-organisasi resmi, seperti: surat lamaran pekerjaan, surat izin tidak masuk kerja.

2. Surat pribadi yang bersifat tidak resmi, surat pribadi yang bersifat kekeluargaan atau kekerabatan, seperti: surat kepada orang tua, kakak, teman, dll.

b. Surat Dinas Pribadi

Surat dinas pribadi disebut juga surat setengah resmi adalah surat-surat yang dikirimkan dari seseorang atau pribadi kepada instansi-instansi, perusahaan-perusahaan, ataupun jawatan-jawatan.

c. Surat Dinas Swasta

Surat dinas swasta disebut juga surat resmi adalah surat-surat yang dibuat oleh instansi-instansi swasta, yang dikirimkan untuk para karyawannya ataupun untuk para relasinya atau langganannya atau instansi –instansi lain yang terkait.

d. Surat Niaga

Surat niaga adalah surat yang berisi, soal-soal perdagangan yang dibuat oleh perusahaan yang dikirimkan kepada para langganannya.

e. Surat Dinas Pemerintah

Surat dinas digunakan untuk kepentingan pekerjaan formal seperti instansi dinas dan tugas kantor. Surat ini penting dalam pengelolaan administrasi dalam suatu instansi Fungsi dari surat dinas yaitu sebagai dokumen bukti tertulis, alat pengingat berkaitan fungsinya dengan arsip, bukti sejarah atas perkembangan instansi, dan pedoman kerja dalam bentuk surat keputusan dan surat instruksi Ciri-ciri surat dinas:

1. Menggunakan kop surat dan instansi atau lembaga yang bersangkutan

2. Menggunakan nomor surat, lampiran, dan perihal

3. Menggunakan salam pembuka dan penutup yang baku

4. Menggunakan bahasa baku atau ragam resmi

5. Menggunakan cap atau stempel instans atau kantor pembuat surat

6. Menggunakan format tertentu.


2. Jenis Surat Berdasarkan Wujudnya.

Penggolongan surat berdasarkan wujudnya dapat dibagi kedalam tujuh jenis, yaitu :

a. Surat Yang menggunakan Kartu Pos

Kartu pos adalah blanko yang dikeluarkan oleh Perum Postel atau instansi lain yang telah diberi izin Perum Postel untuk mencetaknya asal sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan Perum Postel.

b. Warkat Pos

Warkat pos adalah sehelai kertas yang telah dicetak dengan memakai lambaga dan petunjuk penulisan berita, yang dikeluarkan oleh perum postel atau instansi lain yang telah diberi izin.

c. Surat Bersampul

Surat bersampul adalah surat-surat yang isinya atau beritanya ditulis pada kertas lain, kemudian kertas surat tersebut dimasukkan kedalam sampul atau amplop.

d. Surat Terbuka dan Surat Tertutup

Surat terbuka adalah surat-surat yang isinya dapat dibaca oleh umum misalnya, surat dari pembaca kepada pembaca atau surat yang dikirimkan oleh pembaca untuk pemerintah, instansi lain, melalui redaksi surat kabar, majalah, tabloid, dan sebagainya.

e. Memorandum dan Nota

Memorandum adalah salah satu alat komunikasi berupa surat-surat dilingkungan dinas yang penyampaiannya tidak resmi dan digunakan secara intern (didalam lingkungan sendiri baik perusahaan , instansi lainnya). Nota adalah merupakan alat komunikasi kedinasan antara pejabat dari suatu unit organisasi yang digunakan secara intern dalam lingkungan sendiri, tetapi bersifat resmi.

f. Telegram

Telegram adalah suatu alat komunikasi dengan cara menyampaikan berita-berita melalui radio atau pesawat telegram mengenai sesuatu hal yang perlu segera mendapat penyelesaian dengan cepat. Isi telegram berupa tulisan-tulisan singkat yang dikirimkan dari jarak jauh.

g. Surat Biasa

Surat biasa adalah surat-surat yang isinya tidak mengandung rahasia walaupun terbaca oleh orang lain, seperti surat undangan pernikahan atau khitanan, surat pertemuan para siswa untuk rekreasi dan sebagainya.


3. Jenis Surat Berdasarkan Tata Aliran Surat

Bedasarkan tata aliran surat, surat dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu:

1. Surat masuk adalah surat-surat yang diterima oleh suatu organisasi / perusahaan yang berasal dari seseorang atau dari suatu organisasi.

2. Surat keluar adalah surat-surat yang dikeluarkan / dibuat suatu organisasi / perusahaan untuk dikirimkan kepada pihak lain, baik perseorangan maupun kelompok.

Setiap kantor setiap harinya akan menangani surat-surat. Mungkin satu hari ada 1 surat, 2 surat, bahkan ratusan surat. Jumlah yang banyak tersebut jika tidak ditangani dengan baik tentunya akan dapat merugikan banyak pihak, khususnya bagi kantor yang bersangkutan.


4. Jenis Surat Berdasarkan Keamanan Isinya

Berdasarkan keamanan isinya, surat dapat digolongkan menjadi tiga jenis yaitu:

a. Surat Sangat Rahasia

Surat-surat yang digunakan untuk surat-surat yang berhubungan dengan keamanan Negara atau surat-surat yang berupa Dokumen Negara, sehingga bila surat ini jatuh ketangan yang tidak berhak maka akan membahayakan masyarakat atau Bangsa dan Negara.

b. Surat Rahasia

Surat-surat yang isinya harus dirahasiakan, tidak boleh dibaca oleh orang lain, karena bila jatuh ketangan orang yang tidak berhak, akan merugikan perusahaan atau instansi tersebut.

c. Surat Konfidensial

Surat-surat yang termasuk surat rahasia juga, karena isinya tidak boleh diketahui orang lain cukup hanya diketahui oleh pejabat yang bersangkutan, karena kalau jatuh kepada orang yang tidak berhak akan mencemarkan nama baik orang tersebut. Contohnya surat laporan tentang karyawan yang korupsi.


5. Jenis Surat Berdasarkan Penyelesaiannya

Surat berdasarkan proses penyelesaiannya dapat digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu:

a. Surat Sangat Segera atau Surat Kilat

Surat yang harus dikirimkan dengan sangat segera atau kilat adalah surat yang harus ditangani secepat mungkin pada kesempatan yang pertama karena surat ini harus segera dikirimkan secepatnya karena penerima harus cepat menanggapi dan menyelesaikannya.

b. Surat Segera

Surat yang secepatnya diselesaikan tetapi tidak perlu pada kesempatan yang pertama dan segera dikirimkan supaya mendapat tanggapan dan penyelesainya dari pihak penerima.

c. Surat Biasa

Surat-surat yang tidak perlu tergesa-gesa untuk penyelesaian karena tidak perlu mendapat tanggapan yang secepatnya dari penerima.


C. Bahasa Surat

Pada hakekatnya surat itu adalah suatu karangan yang berupa perumusan dalam bentuk tertulis tentang pernyataan, pemikiran, permintaan, atau hal-hal yang ingin disampaikan kepada pihak penerima surat. Karena surat sebagai karangan, maka surat pun harus memenuhi berbagai ketentuan mengenai penyusunan karangan ataupun komposisi seperti tema, tata bahasa, kalimat, alinea, gaya bahasa, dan penggunaan tanda baca.

1. Penggunaan bahasa Indonesia dalam surat

Penggunaan kata-kata dialek yang belum dikaji kebenarannya tidak dibenarkan. Penggunaan kata-kata gimana, kenapa, entar, kasih, bikin, dan yang semacam itu termasuk tidak baik. Padanan kata-kata itu yang dianggap baik adalah bagaimana, mengapa, nanti, memberi, membuat.

Contoh :

a. Kata Baku : Februari, formal, November, persen, pikir.

b. Kata Tidak Baku : Pebruari, formil, Nopember, prosen, fikir.


2. Kata yang lazim

Pilihlah kata yang lazim memakai istilah dalam bahasa Indonesia. Contoh : masukan bukan input, suku cadang bukan sparepart, peringkat bukan rangking, dampak bukan impact.


3. Kata yang cermat

Kata memohon, meminta, menugasi, memerintahkan, menganjurkan, dan menyarankan merupakan kata-kata yang mempunyai arti yang sama. Penulis surat dinas hendaknya dapat memilih kata tersebut dengan tepat sesuai dengan pesan yang ingin disampaikan dalam surat. Penggunaan sapaan Bapak, Ibu, Saudara, dan Ananda hendaknya tepat pula sesuai dengan kedudukan orang yang dikirimi surat tersebut. Apakah penerima surat lebih tinggi pangkat atau kedudukannya, ataukah sederajat dengan pengirim surat.


4. Ungkapan ideomatis

Unsur-unsur dalam ungkapan idiomatis sudah tetap dan senyawa. Unsur-unsur itu tidak boleh ditambah, dikurangi, atau dipertukarkan. Yang termasuk ungkapan ideomatis antara lain, sesuai dengan, bertemu dengan, terbuat dari, dan luput dari.


5. Ungkapan yang bersinonim

Ungkapan-ungkapan yang bersinonim atau berarti sama sebaiknya tidak digunakan sekaligus. Contoh, sejak dan dari, adalah dan merupakan.


D. Bentuk Surat

1. Pengertian Bentuk Surat

Bentuk surat adalah pola surat menurut susunan letak dan bagian – bagian surat. Bentuk-bentuk surat biasanya selalu dipakai dalam kedinasan atau pekerjaan atau juga keorganisasian. Selain itu bentuk-bentuk surat biasanya memiliki bentuk susunan atau bentuk struktur yang berbeda dengan bentuk surat yang lainnya. Salah satu faktor yang menetukan keefektifan surat adalah betuknya. Surat yang yang ditulis dalam bentuk yang baik, akan member kesan yang baik dan memiliki daya tarik bagi pembaca atau penerimanya. Sebaliknya, surat yang ditulis dalam bentuk yang kurang baik, akan memberi kesan yang kurang baik dan kurang menarik bagi penerimanya.

Oleh sebab itu, tidak dapat disangka bahwa bentuk surat harus mendapat perhatian khusus dari setiap koresponden demi keberhasilannya dalam berkomunikasi. Dalam penulisan surat bagian-bagian surat harus ditata posisi atau letaknya di daerah penulisan surat yang terdapat pada bidang kertas yang digunakan. Bentuk surat bermacam-macam, bentuk surat yang digunakan harus dipilih; hal ini biasanya tidak menjadi masalah bagi pengonsep surat karena di lembaga pemerintah maupun lembaga swasta pada umumnya jenis bentuk surat telah ditentukan. Selain itu, daerah penulisan surat pada bidang kertas yang digunakan, harus juga ditentukan dengan jelas. 


2. Bentuk-bentuk Surat

a. Bentuk Surat Standar Internasional

Pada dasarnya bentuk surat hanya dua macam, yaitu Block Style ‘ bentuk balok ’ dan Indented Style ‘ bentuk lekuk atau bentuk bertakuk ’. Bentuk surat lainnya yang bermacam-macam sebenarnya merupakan hasil pengembangan atau perubahan dari kedua macam bentuk surat ini. Berikut bentuk-bentuk surat yang sudah  merupakan standar internasional ada tujuh macam, yaitu :

Bentuk lurus penuh (full block style), yaitu bentuk surat yang penulisannya semua dimulai dari pinggir sebelah kiri. artinya, mulai dari tanggal, kata penutup sampai kata lampiran yang ditulis di sebelah bawah penulisannya dimulai dari kiri. Bagian-bagian surat dari Bentuk Lurus Penuh (Full Block Style) :

a. kop Surat

b. tanggal dibuatnya surat

c. nomor Surat

d. lampiran

e. hal

f. surat yang di tujukan

g. salam Pembukaan

h. pendahuluan isi surat

i. penjelasan isi surat

j. penutup isi surat

k. salam Penutup

l. nama jabatan

m. tanda Tangan

n. nama yang mendatangani 

o. tembusan

p. halaman lampiran surat/Inisial


E. Fungsi Surat 

Meskipun alat komunikasi berkembang pesat, tetapi surat masih dipertahankan karena surat mempunyai fungsi sebagai:

1. Alat Komunikasi

Sebagai alat komunikasi, surat dapat menyampaikan informasi dari satu pihak ke pihak lain atas  nama pribadi maupun organisasi.


2. Alat Bukti Tertulis

Sebagai alat bukti tertulis, surat dapat dipergunakan sebagai bukti apabila terjadi perselisihan antara organisasi-organisasi atau pejabat-pejabat yang mengadakan hubungan korespondensi.


3. Alat Pengingat

Sebagai alat pengingat, surat dapat digunakan untuk mengetahui hal-hal atau peristiwa yang telah lampau.


4. Alat Bukti Historis

Sebagai alat bukti historis, karena surat dapat untuk mengetahui sejarah atau perkembangan suatu organisasi.


5. Duta atau Wakil Organisasi

Sebagai duta atau wakil organisasi, kehadiran surat mewakili organisasi dalam berkomunikasi atau bertatap muka dengan pihak lain.


6. Alat Pedoman Kerja

Surat berfungsi sebagai pedoman kerja, karena surat dapat digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan pekerjaan.




BAB III

PENUTUP


A. KESIMPULAN

Surat menyurat adalah salah satu bentuk komunikasi dengan mempergunakan surat sebagai alat, oleh karena itu surat menyurat merupakan salah satu alat komunikasi yang sangat penting dan setiap waktu dilakukan dalam tugas sehari-hari dalam kantor. 

Surat merupakan salah satu alat komunikasi tertulis yang berasal dari satu pihak dan ditujukan dari pihak lain untuk menyampaikan berita dengan demikian jelas bahwa surat sangat penting artinya dalam membantu memperlancar tercapainya tujuan organisasi. Perlu diusahakan agar dapat membuat surat dengan baik, sebab penilaian negatif terhadap surat akan dapat mempengaruhi pula penilaian negatif dalam organisasi.


B. SARAN

Berdasarkan simpulan di atas, maka surat menyurat sangatlah penting dalam suatu organisasi karena surat-menyurat merupakan salah satu bagian dari proses komunikasi dalam organisasi yang berbentuk tulisan, proses surat menyurat ini lebih diutamakan untuk lingkungan ekstern organisasi yang sangat berpengaruh dalam menciptakan link organisasi. Dengan adanya surat menyurat yang baik dan rapi, maka dapat mendukung tercapainya tujuan organisasi yaitu bisa bertahan (Survival) dan bisa tumbuh berkembang (Growth). 




DAFTAR PUSTAKA


https://hajiucokbjm.blogspot.com/2016/12/contoh-makalah-tentang-surat-menyurat.html

http://sastranusantara17.blogspot.com/2016/04/makalah-bentuk-dan-bagian-bagian-surat.html

https://hajiucokbjm.blogspot.com/2016/12/contoh-makalah-tentang-surat-menyurat.html

ALAT UCAP DAN PROSES PEMBUNYIAN-Mata Kuliah Fonologi

MAKALAH

FONOLOGI

ALAT UCAP DAN PROSES PEMBUNYIAN

Dosen Pengampu : Dessy Saputry, S.Pd.,M.Hum.


Disusun Oleh :

Kelompok 6

Galuh Anggraini (2019406403009)

Ami Ulandari (2019406403067)

Desi Astuti (2019406403003)

Eliyana Indra Cahya (2019406403006)

Erni Resti Rodiah (2019406403057)

Ratih Ari Yanti (2019406403023)

Fadhlu Rohman Ramadhani (2019406403011)


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG

2019/2020


KATA PENGANTAR

Puji  syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan karunia-NYA kami dapat menyelesaikan makalah ini yang bertemakan “Alat ucap dan Proses Pembunyian”. 

Dalam kesempatan ini kami ingin menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar besarnya kepada Bu Dessy Saputry S.Pd.,M.Hum. selaku dosen pengampu mata kuliah fonologi.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan, dan juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung. Semoga tugas ini berguna bagi pembaca. Atas kritik dan saran yang diberikan, kami ucapkan terimakasih.

Pringsewu, 11 April 2020



Penyusun



DAFTAR ISI


HALAMAN JUDUL 

KATA PENGANTAR 

DAFTAR ISI


BAB I PENDAHULUAN

        A. Latar Belakang 

        B.Rumusan Masalah 

        C. Tujuan 

BAB II PEMBAHASAN

        A. Alat Ucap 

       B. Proses Pembunyian 


BAB III PENUTUP 

        A.Kesimpulan 

        B.Saran 

DAFTAR PUSTAKA


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan sosialnya, manusia saling berhubungan antara satu sama lain. Dalam hal ini perlu adanya sebuah komunikasi. Kebutuhan berkomunikasi itupun semakin kompleks seiring dengan perkembangan zaman dan kebudayaan manusia. Sehingga keadaan tersebut menempatkan bahasa sebagai alat komunikasi manusia pada posisi yang paling penting.

Agar komunikasi tersebut berjalan dengan baik, kedua belah pihak memerlukan bahasa yang dapat dipahami bersama. Wujud bahasa yang utama adalah bunyi. Bunyi-bunyi tersebut disebut bunyi bahasa. Dalam penghasilan bunyi bahsa tentu dibutuhkan alat – alat ucap untuk menghasilkan bunyi bahasa tersebut. Selain itu dalam penghasilan bunyi bahasa juga ada proses pembunyian, bagaimana bunyi bahasa itu dapat dihasilkan. Sehingga kita perlu mengetahui dan memahami alat ucap dan proses pembunyian.


B. Rumusan Masalah

1. Apa saja Alat Ucap?

2. Bagaimana Proses Pembunyian?


C. Tujuan

1. Untuk mengetahui apa saja alat ucap.

2. Untuk mengetahui bagaimana proses pembunyian.


BAB II

PEMBAHASAN


A. Alat Ucap

Alat ucap adalah organ tubuh manusia yang digunakan untuk menghasilkan bunyi-bunyi bahasa. Selain itu, alat ucap mempunyai fungsi utama lain yang bersifat fisiologis. Misalnya, paru-paru untuk bernafas. Namun, alat-alat itu secara linguistik digunakan untuk menghasilkan bunyi-bunyi bahasa sewaktu berujar

Kita perlu  memahami nama-nama alat ucap, untuk bisa memahami bagaimana bunyi bahasa diproduksi. Nama-nama alat ucap yang terlibat dalam proses produksi bunyi bahasa adalah sebagai berikut :

1. Paru – paru (Lung)

2. Batang tenggorok (Trachea)

3. Pangkal tenggorok (Laring)

4. Pita Suara (Vocal Cord) yang di dalamnya terdapat glotis, yaitu celah di antara dua bilah pita suara.

5. Krikoid (Cricoid)

6. Lekum atau tiroid (Thyroid)

7. Aritenoid (Arythenoid)

8. Dinding rongga kerongkongan (Wall of Pharynx)

9. Epiglotis (Epiglotis)

10. Akar lidah (Root of the tongue)

11. Pangkal lidah (Back of the tongue, medium)

12. Tengah lidah (Middle of the tongue, medium)

13. Daun lidah (Blade of the tongue, laminium)

14. Ujung lidah (Tip of the tounge, apex)

15. Anak tekak (Uvula)

16. Langit-langit lunak (Soft palate, Velum)

17. Langit-langit keras (Hard palate, palatum)

18. Gusi, ceruk gigi (Alveolum)

19. Gigi atas (Upper Teeth, dentum)

20. Gigi bawah (Lower teeth, dentum)

21. Bibir atas (Upper lip, labium)

22. Bibir bawah (Lower lip, labium)

23. Mulut (Mouth)

24. Rongga mulut (Oral Cavity)

25. Rongga hidung (Nasal cavity) 


Nama-nama latin alat ucap itu perlu diperhatikan, karena nama-nama bunyi disebut juga dengan nama latinnya. Misalnya, bunyi-bunyi yang dihasilkan di bibir disebut bunyi labial, diambil dari kata labium yaitu bibir ; dan bunyi yang dihasilkan oleh ujung  lidah dan gigi disebut bunyi apikodrntal, yang diambil dari kata apeks yaitu ujung lidah dan kata dentum yaitu gigi.

Berikut penjelasan bagaimana alat-alat ucap bekerja untuk menghasilkan bunyi:

A. Paru – paru 

Paru – paru adalah sumkber arus udara yang merpakan syarat mutlak terjadinya bunyi bahasa. Namun, perlu diketahui juga bahwa bunyi bahasa dapat juga dihasilkan dengan arus udara yang datang dari luar mulut. Arus udara yang datang dari paru-paru disebut Egresif, sedangkan arus udara yang datang dari luar disebut ingresif. Perlu dieketahui juga selama ini dalam bahasa Indonesia tidak ada bunyi yang dihasilkan dengan arus udara ingresif itu.


B. Pangkal Tenggorok (Laring), pita suara, glotis, dan epiglottis.

Pangkal tenggorok adalah sebuah rongga pada ujung saluran pernafasan yang diujungnya ada sepasang pita suara. Celah di antara pita suara disebut glotis. Pada glotis inilah awal terjadinya bunyi bahasa dalam proses roduksi bunyi. Bila glotis dalam keadaan terbuka lebar, maka tidak ada bunyi bahasa yang dihasilkan. Bila glotis dalam keadaan terbuka agak lebar akan terjadi bunyi tak bersuara. Bila glotis dalam keadaan terbuka sedikit, maka akan terjadi bunyi bersuara. Lalu, bila glotis dalam kedaan tertutup rapat akan terjadi bunyi hamzah (bunyi hambat glottal).


C. Rongga Kerongkongan (Faring)

Faring adalah sebuah rongga yang terletak di antara pangkal tenggorok dengan rongga mulut dan rongga hidung. Faring berfungsi sebagai “tabung udara” yang akan ikut bergetar apabila pita suara bergetar. Bunyi bahasa yang dihasilkan disebut bunyi faringal.


D. Langit – langit Lunak (Velum), Anak Tekak (Uvula) dan Pangkal Lidah (Dorsum)

Velum dan uvula dapat turun naik untuk mengatur arus udara yang keluar masuk melalui rongga hidung atau rongga mulut. Uvula akan mearapat ke dinding faring kalau arus udara keluar melalui rongga mulut (Bunyi Oral), dan akan menjauh kalau arus udara keluar melalui rongga hidung (Bunyi Nasal). Bunyi yang dihasilkan dengan velum sebagai artikulator pasif dan dorsum sebagai artikulator aktif yang disebut dorsovelar, dari gabungan kata dorsum dan velum. Sedangkan yang dihasilkan oleh uvula disebut bunyi uvular.


E. Langit – langit Keras (Palatum), Ujung Lidah (Apeks), dan Daun Lidah (Laminum)

Dalam pembentukan bunyi-bunyi bahasa, langit-langit keras berlaku sebagai sebagai articulator pasif dan yang menjadi altikulator aktifnya adalahn ujung lidah atau daun lidah. Bunyi bahasa yang dihasilkan oleh palatum dan apeks disebut bunyi apikopalatal. Sedangkan yang dihasilkan oleh palatum dan laminum disebut bunyi laminopalatal.


F. Ceruk Gigi (Alveolum), Apeks, dan Daun Lidah (Laminum)

Dalam pembentukan bunyi bahasa, alveolum sebagai artikulator pasif; dan apeks sebagai artikulator aktif. Bunyi yang dihasilkan alveolum dan apeks disebut bunyi apikoalveolar. Lalu yang dihasilkan oleh alveolum dan laminum disebut bunyi laminoalveolar.


G. Gigi (Dentum), Ujung Lidah (Apeks), dan Bibir (Labium)

Dalam produksi bunyi bahasa, gigi atas dapat berperan sebagai artikulator pasif; yang menjadi artikulator aktifnya adalah apeks. Bunyi yang dihasilkan oleh gigi atas dan apeks disebut bunyi apikodental; dan yang dihasilkan oleh gigi atas dan bibir bawah disebut bunyi labiodental. Ada juga bunyi Interdental, dimana apeks sebagai artikulator aktif berada di antara gigi atas dan gigi bawah yang menjadi altikulator pasif.


H. Bibir Bawah dan Bibir Atas

Dalam pembentukan bunyi bahasa bibir atas bisa menjadi articulator pasif dan bibir bawah menjadi artikulator aktif. Bunyi yang dihasilkan disebut bunyi bilabial.

Bibir bawah juga bisa menjadi artikulator aktif, dengan gigi atas sebagai artikulator pasifnya. Lalu, bunyi yang dihasilkan disebut Labiodental.


I. Lidah (Tongue)

Lidah terbaginatas empat bagian, yaitu ujung lidah (Apeks), daun lidah (Laminum), punggung atau pangkal lidah (dorsum), dan akar (root). Lidah dalam pembentukan bunyi bahasa selalu menjadi menjadi artikulator aktif. Sedangkan artikulator pasifnya adalah alat – alat ucap yang terdapat pada rahang atas.


J. Mulut dan Rongga Mulut

Rongga mulut dengan kedua belah bibir (atas dan bawah) berperan dalam pembentukan bunyi vokal. Kalau bentuk  mulut membundar maka akan dihasilkan bunyi bundar, kalau bentuknya tidak bundar atau melebar akan dihasilkan bunyi tidak bundar

Secara umum semua bunyi yang dihasilkan di rongga  mulut disebut bunyi oral, sebagai lawan bunyi nasal yang dihasilkan melalui rongga hidung.


K. Rongga Hidung

Bunyi bahasa yang dihasilkan melalui rongga hidung disebut bunyi nasal. Dihasilkan dengan cara menutup rapat – rapat arus udara di rongga mulut, dengan menyalurkan keluar melalui rongga hidung.


B. Proses Pembunyian

Proses pembunyian merupakan proses dihasilkannya bunyi melalui alat – alat ucap. Alat ucap dalam proses memproduksi bunyi bahasa dapat dibagai atas tiga komponen, yaitu :

a. Komponen subglotal.

Komponen subglotal terdiri dari paru – paru kiri dan kanan, saluran bronchial, dan saluran pernafasan. Selain itu ada alat ucap yang lain, yaitu otot – otot paru – paru , dan rongga dada. Secara fisiologis, komponen ini disebut sistem pernafasan. Dalam hubungannya dengan fonetik disebut sistem pernafasan subglotis. Fungsi utama komponen subglotal adalah member araus udara yang merupakan syarat mutlak untuk terjadinya bunyi bahasa.


b. Komponen laring.

Komponen laring merupakan kotak yang terbentuk dari tulang rawan yang berbentuk lingkaran. Laring berfungsi sebagai klep yang mengatur arus udara antara paru – paru, mulut, dan hidung. Pita suara dengan kelenturannya bisa membuka dan menutup, sehingga bisa memisahkan dan menghubungkan antara udara yang ada di paru – paru dan yang ada di mulut atau rongga mulut.

Dalam rangka proses produksi bunyi, pada laring inilah terjadinya awal mula bunyi itu. Posisi glotis menentukan bunyi yang diproduksi apakah bunyi bersuara, tidak bersuara, atau bunyi glotal.


c. Komponen Supraglotal. 

Komponen supraglotal adalah alat – alat ucap yang berada di dalam rongga mulut dan rongga hidung.

Terjadinya bunyi bahasa dalam proses produksi bunyi bahasa pada umumnya dimulai dari proses pemompaan uadara ke luar dari paru – paru melalui pangkal tenggorokan ke tenggorokan yang di dalamnya terdapat pita suara. Supaya udara itu bisa ke luar, pita suara itu harus terbuka. Setelah melalui pita suara, arus udara tadi diteruskan ke luar ke udara bebas.

Kalau arus udara yang ke luar dari paru – paru tanpa mendapat hambatan di dalam rongga mulut, maka tidak akan terdengar bunyi apa – apa, selain bunyi nafas. Kalau ada hambatan, maka akan terdengar bunyi bahasa.

Hambatan terhadap arus udara terjadi pada glotis sampai bibir atas dan bibir bawah. Bibir bawah dan bibir atas yang tertutup lalu arus udara yang terhambat, tiba – tiba dilepaskan maka akan terdengar bunyi letus [b] dan [p].

Sesudah melewati pita suara, tempat awal terjadinya bunyi bahasa, arus udara diteruskan ke rongga mulut atau rongga hidung, dimana alat – alat ucap terdapat. Sesuadah melewati pita suara, arus udara telah berubah menjadi arus ujar. Kalau arus ujar ini sebelum keluar mulut hanya “diganggu” dengan dihambat oleh alat – alat ucap, maka terjadilah bunyi konsonan. Kalau arus udara yang terhambat itu dikeluarkan melalui rongga mulut bunyi yang dihasilkan disebut bunyi oral, kalau dikeluarkan melalui rongga hidung disebut bunyi nasal.

Selain istilah vokal dan konsonan lazim juga digunakan istilah vokoid dan kontoid. Untuk kajian fonetik digunakan istilah bunyi vokal dan bunyi konsonan dan untuk tingkat fonemik digunakan istilah fonem vokal dan fonem konsonan.

Tempat terjadinya bunyi konsonan, yakni tempat hambatan terhadap bunyi ujar disebut tempat artikulasi. Sedangkan proses terjadinya bunyi disebut cara artikulasi. Alat – alat ucap yang digunakan disebut alat artikulasi (artikulator).

Dalam proses artikulasi ini, terlibat dua macam artikulator aktif dan pasif. Artikulator Aktif adalah alat ucap yang bergerak atau digerakkan, seperti bibir bawah. Sedangkan artikulator pasif adalah alat ucap yang tidak bergerak. Misalnya gigi atas.

Secara umum titik artikulasi yang mungkin terjadi dalam bahasa Indonesia yaitu :

a. Artikulasi Bilabial (bibir atas dan bibir bawah)

b. Artikulasi Labiodental (bibir bawah dan gigi atas)

c. Artikulasi Interdental (gigi bawah, gigi atas, dan ujung lidah)

d. Artikulasi apikodental (ujung lidah dan gigi atas)

e. Artikulasi apikoalveolar (ujung lidah dan ceruk gigi atas)

f. Artikulasi Laminodental (daun lidah dan gigiatas)

g. Artikulasi laminopalatal (daun lidah dan langit-langit keras)

h. Artikulasi Lamino alveolar (daun lidahdan ceruk gigi atas)

i. Artikulasi dorsopalatal (pangkal lidah dan langit – langit keras)

j. Artikulasi dorsovelar (pangkal lidah dan langit – langit keras)

k. Artikulasi dorsouvelar (pangkal lidah dan anak tekak)

l. Artikulasi Oral (penutupan arus udara ke rongga hidung)

m. Artikulasi radiko faringal (akar lidah dan dinding kerong – kerongan)


Sejauh ini, cara artikulasi yang diketahui antara lain adalah :

1. Arus ujar dapat dihambat pada titik tertentu, lalu dengan tiba – tiba diletupkan sehingga terjadilah bunyi yang disebut bunyi hambat, bunyi letup atau bunyi plosif.

2. Arus ujar dapat dihambat pada titik tertentu, lalu arus ujar itu dikeluarkan melalui rongga hidung, sehingga terjadilah bunyi nasal.

3. Arus ujar dapat dihambat pada tempat tertentu, kemudian diletupkan sambil digeser atau didesiskan sehingga terjadilah bunyi paduan atau bunyi afrikat.

4. Arus ujar dihambat pada tempat tertentu, kemudian digeserkan atau didesiskan sehingga terjadilah bunyi geeseran, bunyi desis atau bunyi frikatif.

5. Arus ujar didkeluarkan melalui samping kiri dan kanan lidah, maka terjadilah bunyi sampingan atau bunyi lateral.

6. Arus ujar dikeluarkan melalui samping kiri dan kanan lidah lalu digetarkan sehingga terjadilah bunyi getar atau tri.

7. Arus ujar pada awal prosesnya diganggu oleh posisi lidah, tetapi kemudian diganggu pada titik artikulasi tertentu sehingga terjadilah bunyi semi vokal atau bunyi lampiran.



BAB III

PENUTUP


A. Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan diatas, kami dapat menarik kesimpulan bahwa alat ucap merupakan organ tubuh manusia yang digunakan untuk menghasilkan bunyi-bunyi bahasa, dan merupakan komponen yang sangat penting untuk menghasilkan bunyi bahasa. Selain itu, proses pembunyian merupakan proses dalam memproduksi bunyi bahasa melalui alat – alat ucap. Sehingga, materi ini sangat perlu kita pelajari dan juga kita pahami.


B. Saran

Diharapkan agar kita bisa mengetahui dan memahami lebih jauh macam – macam alat ucap beserta fungsinya dan juga bagaimana proses pembunyian terjadi.



DAFTAR PUSTAKA


Chaer, Abdul .2009. Fonologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Kelompok 3 (Menentukan dan Membandingkan Ide Pokok dan Ide Penjelas dalam Teks Argumentasi)

 KELOMPOK 3 TEKS ARGUMENTASI Pentingnya Menjaga Kebersihan Lingkungan Menjaga kebersihan lingkungan merupakan tanggung jawab kita bersama. L...