MAKALAH
FONOLOGI
ALAT UCAP DAN PROSES PEMBUNYIAN
Dosen Pengampu : Dessy Saputry, S.Pd.,M.Hum.
Disusun Oleh :
Kelompok 6
Galuh Anggraini (2019406403009)
Ami Ulandari (2019406403067)
Desi Astuti (2019406403003)
Eliyana Indra Cahya (2019406403006)
Erni Resti Rodiah (2019406403057)
Ratih Ari Yanti (2019406403023)
Fadhlu Rohman Ramadhani (2019406403011)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan karunia-NYA kami dapat menyelesaikan makalah ini yang bertemakan “Alat ucap dan Proses Pembunyian”.
Dalam kesempatan ini kami ingin menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar besarnya kepada Bu Dessy Saputry S.Pd.,M.Hum. selaku dosen pengampu mata kuliah fonologi.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan, dan juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung. Semoga tugas ini berguna bagi pembaca. Atas kritik dan saran yang diberikan, kami ucapkan terimakasih.
Pringsewu, 11 April 2020
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B.Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Alat Ucap
B. Proses Pembunyian
BAB III PENUTUP
A.Kesimpulan
B.Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sosialnya, manusia saling berhubungan antara satu sama lain. Dalam hal ini perlu adanya sebuah komunikasi. Kebutuhan berkomunikasi itupun semakin kompleks seiring dengan perkembangan zaman dan kebudayaan manusia. Sehingga keadaan tersebut menempatkan bahasa sebagai alat komunikasi manusia pada posisi yang paling penting.
Agar komunikasi tersebut berjalan dengan baik, kedua belah pihak memerlukan bahasa yang dapat dipahami bersama. Wujud bahasa yang utama adalah bunyi. Bunyi-bunyi tersebut disebut bunyi bahasa. Dalam penghasilan bunyi bahsa tentu dibutuhkan alat – alat ucap untuk menghasilkan bunyi bahasa tersebut. Selain itu dalam penghasilan bunyi bahasa juga ada proses pembunyian, bagaimana bunyi bahasa itu dapat dihasilkan. Sehingga kita perlu mengetahui dan memahami alat ucap dan proses pembunyian.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja Alat Ucap?
2. Bagaimana Proses Pembunyian?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa saja alat ucap.
2. Untuk mengetahui bagaimana proses pembunyian.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Alat Ucap
Alat ucap adalah organ tubuh manusia yang digunakan untuk menghasilkan bunyi-bunyi bahasa. Selain itu, alat ucap mempunyai fungsi utama lain yang bersifat fisiologis. Misalnya, paru-paru untuk bernafas. Namun, alat-alat itu secara linguistik digunakan untuk menghasilkan bunyi-bunyi bahasa sewaktu berujar
Kita perlu memahami nama-nama alat ucap, untuk bisa memahami bagaimana bunyi bahasa diproduksi. Nama-nama alat ucap yang terlibat dalam proses produksi bunyi bahasa adalah sebagai berikut :
1. Paru – paru (Lung)
2. Batang tenggorok (Trachea)
3. Pangkal tenggorok (Laring)
4. Pita Suara (Vocal Cord) yang di dalamnya terdapat glotis, yaitu celah di antara dua bilah pita suara.
5. Krikoid (Cricoid)
6. Lekum atau tiroid (Thyroid)
7. Aritenoid (Arythenoid)
8. Dinding rongga kerongkongan (Wall of Pharynx)
9. Epiglotis (Epiglotis)
10. Akar lidah (Root of the tongue)
11. Pangkal lidah (Back of the tongue, medium)
12. Tengah lidah (Middle of the tongue, medium)
13. Daun lidah (Blade of the tongue, laminium)
14. Ujung lidah (Tip of the tounge, apex)
15. Anak tekak (Uvula)
16. Langit-langit lunak (Soft palate, Velum)
17. Langit-langit keras (Hard palate, palatum)
18. Gusi, ceruk gigi (Alveolum)
19. Gigi atas (Upper Teeth, dentum)
20. Gigi bawah (Lower teeth, dentum)
21. Bibir atas (Upper lip, labium)
22. Bibir bawah (Lower lip, labium)
23. Mulut (Mouth)
24. Rongga mulut (Oral Cavity)
25. Rongga hidung (Nasal cavity)
Nama-nama latin alat ucap itu perlu diperhatikan, karena nama-nama bunyi disebut juga dengan nama latinnya. Misalnya, bunyi-bunyi yang dihasilkan di bibir disebut bunyi labial, diambil dari kata labium yaitu bibir ; dan bunyi yang dihasilkan oleh ujung lidah dan gigi disebut bunyi apikodrntal, yang diambil dari kata apeks yaitu ujung lidah dan kata dentum yaitu gigi.
Berikut penjelasan bagaimana alat-alat ucap bekerja untuk menghasilkan bunyi:
A. Paru – paru
Paru – paru adalah sumkber arus udara yang merpakan syarat mutlak terjadinya bunyi bahasa. Namun, perlu diketahui juga bahwa bunyi bahasa dapat juga dihasilkan dengan arus udara yang datang dari luar mulut. Arus udara yang datang dari paru-paru disebut Egresif, sedangkan arus udara yang datang dari luar disebut ingresif. Perlu dieketahui juga selama ini dalam bahasa Indonesia tidak ada bunyi yang dihasilkan dengan arus udara ingresif itu.
B. Pangkal Tenggorok (Laring), pita suara, glotis, dan epiglottis.
Pangkal tenggorok adalah sebuah rongga pada ujung saluran pernafasan yang diujungnya ada sepasang pita suara. Celah di antara pita suara disebut glotis. Pada glotis inilah awal terjadinya bunyi bahasa dalam proses roduksi bunyi. Bila glotis dalam keadaan terbuka lebar, maka tidak ada bunyi bahasa yang dihasilkan. Bila glotis dalam keadaan terbuka agak lebar akan terjadi bunyi tak bersuara. Bila glotis dalam keadaan terbuka sedikit, maka akan terjadi bunyi bersuara. Lalu, bila glotis dalam kedaan tertutup rapat akan terjadi bunyi hamzah (bunyi hambat glottal).
C. Rongga Kerongkongan (Faring)
Faring adalah sebuah rongga yang terletak di antara pangkal tenggorok dengan rongga mulut dan rongga hidung. Faring berfungsi sebagai “tabung udara” yang akan ikut bergetar apabila pita suara bergetar. Bunyi bahasa yang dihasilkan disebut bunyi faringal.
D. Langit – langit Lunak (Velum), Anak Tekak (Uvula) dan Pangkal Lidah (Dorsum)
Velum dan uvula dapat turun naik untuk mengatur arus udara yang keluar masuk melalui rongga hidung atau rongga mulut. Uvula akan mearapat ke dinding faring kalau arus udara keluar melalui rongga mulut (Bunyi Oral), dan akan menjauh kalau arus udara keluar melalui rongga hidung (Bunyi Nasal). Bunyi yang dihasilkan dengan velum sebagai artikulator pasif dan dorsum sebagai artikulator aktif yang disebut dorsovelar, dari gabungan kata dorsum dan velum. Sedangkan yang dihasilkan oleh uvula disebut bunyi uvular.
E. Langit – langit Keras (Palatum), Ujung Lidah (Apeks), dan Daun Lidah (Laminum)
Dalam pembentukan bunyi-bunyi bahasa, langit-langit keras berlaku sebagai sebagai articulator pasif dan yang menjadi altikulator aktifnya adalahn ujung lidah atau daun lidah. Bunyi bahasa yang dihasilkan oleh palatum dan apeks disebut bunyi apikopalatal. Sedangkan yang dihasilkan oleh palatum dan laminum disebut bunyi laminopalatal.
F. Ceruk Gigi (Alveolum), Apeks, dan Daun Lidah (Laminum)
Dalam pembentukan bunyi bahasa, alveolum sebagai artikulator pasif; dan apeks sebagai artikulator aktif. Bunyi yang dihasilkan alveolum dan apeks disebut bunyi apikoalveolar. Lalu yang dihasilkan oleh alveolum dan laminum disebut bunyi laminoalveolar.
G. Gigi (Dentum), Ujung Lidah (Apeks), dan Bibir (Labium)
Dalam produksi bunyi bahasa, gigi atas dapat berperan sebagai artikulator pasif; yang menjadi artikulator aktifnya adalah apeks. Bunyi yang dihasilkan oleh gigi atas dan apeks disebut bunyi apikodental; dan yang dihasilkan oleh gigi atas dan bibir bawah disebut bunyi labiodental. Ada juga bunyi Interdental, dimana apeks sebagai artikulator aktif berada di antara gigi atas dan gigi bawah yang menjadi altikulator pasif.
H. Bibir Bawah dan Bibir Atas
Dalam pembentukan bunyi bahasa bibir atas bisa menjadi articulator pasif dan bibir bawah menjadi artikulator aktif. Bunyi yang dihasilkan disebut bunyi bilabial.
Bibir bawah juga bisa menjadi artikulator aktif, dengan gigi atas sebagai artikulator pasifnya. Lalu, bunyi yang dihasilkan disebut Labiodental.
I. Lidah (Tongue)
Lidah terbaginatas empat bagian, yaitu ujung lidah (Apeks), daun lidah (Laminum), punggung atau pangkal lidah (dorsum), dan akar (root). Lidah dalam pembentukan bunyi bahasa selalu menjadi menjadi artikulator aktif. Sedangkan artikulator pasifnya adalah alat – alat ucap yang terdapat pada rahang atas.
J. Mulut dan Rongga Mulut
Rongga mulut dengan kedua belah bibir (atas dan bawah) berperan dalam pembentukan bunyi vokal. Kalau bentuk mulut membundar maka akan dihasilkan bunyi bundar, kalau bentuknya tidak bundar atau melebar akan dihasilkan bunyi tidak bundar
Secara umum semua bunyi yang dihasilkan di rongga mulut disebut bunyi oral, sebagai lawan bunyi nasal yang dihasilkan melalui rongga hidung.
K. Rongga Hidung
Bunyi bahasa yang dihasilkan melalui rongga hidung disebut bunyi nasal. Dihasilkan dengan cara menutup rapat – rapat arus udara di rongga mulut, dengan menyalurkan keluar melalui rongga hidung.
B. Proses Pembunyian
Proses pembunyian merupakan proses dihasilkannya bunyi melalui alat – alat ucap. Alat ucap dalam proses memproduksi bunyi bahasa dapat dibagai atas tiga komponen, yaitu :
a. Komponen subglotal.
Komponen subglotal terdiri dari paru – paru kiri dan kanan, saluran bronchial, dan saluran pernafasan. Selain itu ada alat ucap yang lain, yaitu otot – otot paru – paru , dan rongga dada. Secara fisiologis, komponen ini disebut sistem pernafasan. Dalam hubungannya dengan fonetik disebut sistem pernafasan subglotis. Fungsi utama komponen subglotal adalah member araus udara yang merupakan syarat mutlak untuk terjadinya bunyi bahasa.
b. Komponen laring.
Komponen laring merupakan kotak yang terbentuk dari tulang rawan yang berbentuk lingkaran. Laring berfungsi sebagai klep yang mengatur arus udara antara paru – paru, mulut, dan hidung. Pita suara dengan kelenturannya bisa membuka dan menutup, sehingga bisa memisahkan dan menghubungkan antara udara yang ada di paru – paru dan yang ada di mulut atau rongga mulut.
Dalam rangka proses produksi bunyi, pada laring inilah terjadinya awal mula bunyi itu. Posisi glotis menentukan bunyi yang diproduksi apakah bunyi bersuara, tidak bersuara, atau bunyi glotal.
c. Komponen Supraglotal.
Komponen supraglotal adalah alat – alat ucap yang berada di dalam rongga mulut dan rongga hidung.
Terjadinya bunyi bahasa dalam proses produksi bunyi bahasa pada umumnya dimulai dari proses pemompaan uadara ke luar dari paru – paru melalui pangkal tenggorokan ke tenggorokan yang di dalamnya terdapat pita suara. Supaya udara itu bisa ke luar, pita suara itu harus terbuka. Setelah melalui pita suara, arus udara tadi diteruskan ke luar ke udara bebas.
Kalau arus udara yang ke luar dari paru – paru tanpa mendapat hambatan di dalam rongga mulut, maka tidak akan terdengar bunyi apa – apa, selain bunyi nafas. Kalau ada hambatan, maka akan terdengar bunyi bahasa.
Hambatan terhadap arus udara terjadi pada glotis sampai bibir atas dan bibir bawah. Bibir bawah dan bibir atas yang tertutup lalu arus udara yang terhambat, tiba – tiba dilepaskan maka akan terdengar bunyi letus [b] dan [p].
Sesudah melewati pita suara, tempat awal terjadinya bunyi bahasa, arus udara diteruskan ke rongga mulut atau rongga hidung, dimana alat – alat ucap terdapat. Sesuadah melewati pita suara, arus udara telah berubah menjadi arus ujar. Kalau arus ujar ini sebelum keluar mulut hanya “diganggu” dengan dihambat oleh alat – alat ucap, maka terjadilah bunyi konsonan. Kalau arus udara yang terhambat itu dikeluarkan melalui rongga mulut bunyi yang dihasilkan disebut bunyi oral, kalau dikeluarkan melalui rongga hidung disebut bunyi nasal.
Selain istilah vokal dan konsonan lazim juga digunakan istilah vokoid dan kontoid. Untuk kajian fonetik digunakan istilah bunyi vokal dan bunyi konsonan dan untuk tingkat fonemik digunakan istilah fonem vokal dan fonem konsonan.
Tempat terjadinya bunyi konsonan, yakni tempat hambatan terhadap bunyi ujar disebut tempat artikulasi. Sedangkan proses terjadinya bunyi disebut cara artikulasi. Alat – alat ucap yang digunakan disebut alat artikulasi (artikulator).
Dalam proses artikulasi ini, terlibat dua macam artikulator aktif dan pasif. Artikulator Aktif adalah alat ucap yang bergerak atau digerakkan, seperti bibir bawah. Sedangkan artikulator pasif adalah alat ucap yang tidak bergerak. Misalnya gigi atas.
Secara umum titik artikulasi yang mungkin terjadi dalam bahasa Indonesia yaitu :
a. Artikulasi Bilabial (bibir atas dan bibir bawah)
b. Artikulasi Labiodental (bibir bawah dan gigi atas)
c. Artikulasi Interdental (gigi bawah, gigi atas, dan ujung lidah)
d. Artikulasi apikodental (ujung lidah dan gigi atas)
e. Artikulasi apikoalveolar (ujung lidah dan ceruk gigi atas)
f. Artikulasi Laminodental (daun lidah dan gigiatas)
g. Artikulasi laminopalatal (daun lidah dan langit-langit keras)
h. Artikulasi Lamino alveolar (daun lidahdan ceruk gigi atas)
i. Artikulasi dorsopalatal (pangkal lidah dan langit – langit keras)
j. Artikulasi dorsovelar (pangkal lidah dan langit – langit keras)
k. Artikulasi dorsouvelar (pangkal lidah dan anak tekak)
l. Artikulasi Oral (penutupan arus udara ke rongga hidung)
m. Artikulasi radiko faringal (akar lidah dan dinding kerong – kerongan)
Sejauh ini, cara artikulasi yang diketahui antara lain adalah :
1. Arus ujar dapat dihambat pada titik tertentu, lalu dengan tiba – tiba diletupkan sehingga terjadilah bunyi yang disebut bunyi hambat, bunyi letup atau bunyi plosif.
2. Arus ujar dapat dihambat pada titik tertentu, lalu arus ujar itu dikeluarkan melalui rongga hidung, sehingga terjadilah bunyi nasal.
3. Arus ujar dapat dihambat pada tempat tertentu, kemudian diletupkan sambil digeser atau didesiskan sehingga terjadilah bunyi paduan atau bunyi afrikat.
4. Arus ujar dihambat pada tempat tertentu, kemudian digeserkan atau didesiskan sehingga terjadilah bunyi geeseran, bunyi desis atau bunyi frikatif.
5. Arus ujar didkeluarkan melalui samping kiri dan kanan lidah, maka terjadilah bunyi sampingan atau bunyi lateral.
6. Arus ujar dikeluarkan melalui samping kiri dan kanan lidah lalu digetarkan sehingga terjadilah bunyi getar atau tri.
7. Arus ujar pada awal prosesnya diganggu oleh posisi lidah, tetapi kemudian diganggu pada titik artikulasi tertentu sehingga terjadilah bunyi semi vokal atau bunyi lampiran.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan diatas, kami dapat menarik kesimpulan bahwa alat ucap merupakan organ tubuh manusia yang digunakan untuk menghasilkan bunyi-bunyi bahasa, dan merupakan komponen yang sangat penting untuk menghasilkan bunyi bahasa. Selain itu, proses pembunyian merupakan proses dalam memproduksi bunyi bahasa melalui alat – alat ucap. Sehingga, materi ini sangat perlu kita pelajari dan juga kita pahami.
B. Saran
Diharapkan agar kita bisa mengetahui dan memahami lebih jauh macam – macam alat ucap beserta fungsinya dan juga bagaimana proses pembunyian terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul .2009. Fonologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
No comments:
Post a Comment