Saturday, May 28, 2022

Analisis Puisi Berdasarkan Semiotika- Mata Kuliah "Kajian Puisi"

MAKALAH

KAJIAN PUISI

“ANALISIS PUISI BERDASARKAN SEMIOTIK”

Dosen Pengampu: Amy Sabila, M.Pd.


Disusun Oleh: Kelompok 6

Nama Anggota

   1. Fitrah Putri Abadi  (2019406403033

   2. Lailatul Ma’rifah  (2019406403034

   3. Eka Safitriani   (2019406403035

   4. Umi Fitriatunisa  (2019406403036

   5. Rika Radita  (2019406403037)


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU

TAHUN 2020/2021



KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah “Kajian Puisi”, dengan judul makalah “Analisis Puisi Berdasarkan Semiotik”.


Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada :

  1. Ibu Amy Sabila, M.Pd. selaku dosen pengampu yang telah membantu kami dalam mengerjakan makalah ini.
  2. Kepada teman-teman mahasiswa juga yang telah member kontribusi baik langsung, maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah.


Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman yan kami miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran dan masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.


Pringsewu, 20 Oktober 2020



        Penyusun,

        Kelompok 6



DAFTAR ISI


HALAMAN JUDUL 

KATA PENGANTAR 

DAFTAR ISI 

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 

B. Rumusan Masalah 

C. Tujuan Penulisan 


BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Semiotik (Semiotika) 

B. Pendekatan Semiotik Dalam Karya Sastra 2

C. Metode Semiotik Dalam Penelitian Karya Sastra 

D. Pembacaan Semiotik 


BAB III KESIMPULAN 

DAFTAR PUSTAKA



BAB I

PENDAHULUAN


A. Latar Belakang

      Manusia hidup dengan tanda-tanda. Tanda-tanda ini ternyata telah digunakan manusia untuk berkomunikasi dari zaman dahulu hingga sekarang. Setiap oaring yang ingin berkomunikasi harus mengerti dengan tanda-tanda yang ada karena dia dikelilingi oleh tanda, yang ditemukan oleh tanda bahkan diatur oleh tanda. Dengan mengetahui tanda dalam komunikasi diharapkan komunikasi antara satu dengan yang lain dapat terjalin dengan baik.

      Sama halnya dengan komunikasi, karya sastra pun memiliki tanda-tanda sehingga orang yang membacanya akan mengerti maksud karya tersebut. Pengkajian karya sastra dengan tanda-tanda ini dilakukan oleh para pakar semiotik struktural, yang mengkaji system tanda yang dimanifestasikan melalui struktur bahasa.


B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan semiotik?

2. Apa yang dimaksud dengan pendekatan semiotik dalam karya sastra?

3. Bagaimana metode pendekatan semiotik dalam penelitian karya sastra?

4. Bagaimana pembacaan semiotik?


C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian semiotik.

2. Untuk mengetahui pengertian pendekatan semiotik dalam karya sastra.

3. Untuk mengetahui metode pendekatan semiotik dalam penelitian karya sastra.

4. Untuk mengetahui pembacaan semiotik.



BAB II

PEMBAHASAN


A. Pengertian Semiotik (Semiotika)

      Nama lain semiotik adalah semiologi dari bahasa Yunani semeion yang bermakna tanda. Semiotik atau semiotika adalah ilmu tentang tanda-tanda. Ilmu ini menganggap bahwa fenomena sosial atau masyarakat dan kebudayaan itu merupakan tanda-tanda. Semiotik mempelajari sistem-sistem, aturan, atau konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti. Dalam lapangan kritik sastra, penelitian semiotik meliputi analisis sastra sebuah penggunaan bahasa yang bergantung pada sifat-sifat yang menyebabkan bermacam-macam cara (modus) wacana mempunyai makna.


B. Pendekatan Semiotik Dalam Karya Sastra

      Secara padat Dolezel, Stout dan Ratna (dalam Hudayat, 2007: 58), menjelaskan bahwa strukturalisme berhubungan erat atau bahkan tidak terpisahkan dengan semiotic sebagai sarana untuk memahami karya sastra, untuk menangkap makna unsur-unsur struktur karya sastra dalam jalinan dengan keseluruhan karya yang harus memperhatikan system tanda yang dipergunakan dalam karya sastra.

      Bahasa merupakan system ketandaan tingkat pertama. Dalam system ketandaan tingkat pertama ini ditingkatkan menjadi system ketandaan tingkat kedua. Arti bahasa tingkat pertama disebut arti (meaning), arti bahasa dalam sastra sebagai system tanda tingkat kedua biasa disebut makna yang merupakan arti dari arti. Dalam karya sastra, arti bahasa ditentukan oleh konvensi sastra di samping konvensi bahasa sendiri.

      Jadi, yang dimaksud makna karya sastra itu meliputi arti bahasa, suasana, perasaan, intensitas, arti tambahan (konotasi), daya liris, dan segala pengertian tanda-tanda yang ditimbulkan oleh konvensi sastra.

      Menurut Pradopo studi sastra bersifat semiotic adalah usaha untuk menganalisis karya sastra sebagai suatu system tanda-tanda dan menentukan konvensi-konvensi apa yang memungkinkan karya sastra mempunyai makna-makna. Dengan melihat variasi-variasi di dalam struktur karya sastra atau hubungan dalam antar unsurnya akan dihasilkan bermacam-macam makna. Oleh karena memberi makna karya itu dengan jalan mencari tanda-tanda yang memungkinkan timbulnya makna sastra.

Dilihat dari segi cara kerjanya, terdapat tiga semiotic, yaitu

  1. Sintaksis semiotik, yaitu studi dengan memberikan intensitas hubungan tanda dengan tanda-tanda yang lain.
  2. Semantik semiotik, studi dengan memberikan perhatian pada hubungan tanda dan acuannya.
  3. Pragmatik semiotik, studi dengan memberikan perhatian pada hubungan anatara pengirim dan penerima.
    Ada banyak cara yang ditawarkan dalam rangka menganalisis karya sastra secara semiotic. Cara yang paling umum adalah dengan menganalisis karya melalui dua tahapan sebagai mana ditawarkan oleh Wellek dan Warren (dalam Hudayat, 2007: 67) yaitu analisi intrinsic (analisis mikrostruktur) dan analisis ekstrinsik (analisis makrostruktur).
      Cara yang lain seperti yang dikemukakan Abrams (dalam Hudayat, 2007: 62) dilakukan dengan menggabungkan empat aspek, yaitu pengarang (ekspresif), semestaan (memetik), pembaca (pragmatik), dan objektif (otonom)
      Dalam sastra arti bahasa itu mendapat arti tambahan atau konotasi. Lebih-lebih dalam puisi, konvensi sastra sangat jelas member arti tambahan kepada arti bahasanya. Misalnya tipografi (tata huruf) secara linguistik tidak mempunyai makna dalam puisi (sastra) karena konvensinya.


C. Metode Semiotik Dalam Penelitian Sastra
      Dalam sastra ada jenis-jenis sastra (genre) dan ragam, jenis sastra prosa dan puisi, prosa mempunyai ragam: cerpen, novel, dan roman (ragam utama). Dalam menganalisis karya sastra, peneliti harus menganalisi tanda itu dan menentukan konvensi-konvensi apa yang memungkinkan tanda-tanda atau struktur tanda-tanda dalam rangka sastra itu mempunyai makna.
      Sebagai contoh, genre puisi merupakan system yang mempunyai system tanda, yang mempunyai satuan tanda (yang minimal) seperti kosakata, bahasa kiasan (personifikasi, simile, metafora, dan lain-lain). Tanda-tanda itu mempunyai makna berdasarkan konvensi-konvensi dalam sastra. Di antara konvensi-konvensi puisi adalah konvensi kebahasaan: baha kiasan, sarana retorika, dan gaya bahasa pada umumnya. Di samping itu ada konvensi ambiguitas, kontradiksi, dan nonsense. Ada pula konvensi visual: bait, baris, sajak, rima, tipografi.
      Di samping metode yang telah diurai, ada metode yang lebih khusus untuk meneliti karya sastra secara semiotik pembacaan heuristik dan pembacaan hermeneutic atau retroaktif.
      Dikemukakan oleh Riffaterre (dalam Pradopo, 2003: 71) bahwa puisi itu dari dahulu hingga sekarang selalu berubah karena evolusi selera dan konsep estetik yang selalu berubah dari period eke periode. Ketidaklangsungan ekspresi yang tidak langsung, yaitu menyatakan pikiran atau gagasan secara langsung dengan cara lain.
      Ketidaklangsungan ekspresi itu menurut Riffaterre disebabkan oleh tiga hal, yaitu penggantian arti, penyimpangan arti, dan penciptaan arti.
1. Penggantian Arti
      Penggantian arti disebabkan oleh penggunaan metafora dan metonimi dalam karya sastra. Metafora dan metonimi dalam arti luasnya untuk menyabut bahasa kiasan pada umumnya. Metafora itu bahasa kiasan yang menggunakan atau mengganti sesuatu hal yang tidak menggunakan kata perbandingan: seperti, bagai, dan sebagainya.

2. Penyimpangan Arti
      Riffaterre menyatakan bahwa penyimpangan arti itu disebabkan oleh tiga hal, yaitu ambiguitas, kontradiksi, dan nonsense. Ambiguitas dapat berarti kegandaan arti sebuah kata, frase, ataupun kalimat. Kedua, kontradiksi berarti mengandung pertentangan, berlawanan. Ketiga, nonsense adalah ‘kata-kata’ yang secara linguistik tidak memiliki arti, hanya berupa rangkaian bunyi dan tidak terdapat dalam kamus.

3. Penciptaan Arti
      Penciptaan arti ini merupakan mengorganisasi teks, di luar linguistic. Di antaranya pembaitan, enjamben, persajakan (rima), dan tipografi. Julian Kristeva (dalam Pradopo, 2003: 78) mengemukakan bahwa tipe teks itu, termasuk sastra merupakanmosaik kutipan-kutipan dan merupakan penyerapan serta transformasi teks-teks lain.


D. Pembacaan Semiotik
      Pembacaan semiotik dibagi menjadi dua, yaitu pembacaan hermeneutik dan pembacaan heruistik. Pembacaan hermeneutik adalah pembacaan ulang (retroaktif) sesudah pembacaan heruistik dengan memberikan konvensi sastranya. Pembacaan heruistik adalah pembacaan ‘tata bahasa’ ceritanya, yaitu pembacaan dari awal sampai akhir cerita secara berurutan. Untuk mempermudah pembacaan ini dapat berupa pembuatan sinopsis cerita. Pembacaan heruistik adalah penerangan kepada bagian-bagian cerita secara berurutan.
1. Pembacaan Heruistik
      Dalam pembacaan heruistik ini, sajak dibaca berdasarkan struktur kebahasaannya. Untuk memperjelas arti bilamana perlu diberi sisipan kata atau sinonim kata-katanya ditaruh dalam tanda kurung. Begitupun struktur kalimatnya disesuaikan dengan kalimat baku (berdasarkan tata bahasa normative).

2. Pembacaan Hermeneutik atau Retroaktif
      Pembacaan heruistik harus diulang kembali dengan bacaan retroaktif dan ditafsirkan secara hermeneutik berdasarkan konvensi sastra (puisi), yaitu sistem semiotik tingkat kedua.


BAB III
KESIMPULAN

      Semiotik adalah ilmu tanda-tanda. Tanda mempunyai dua aspek, yaitu penanda (signifier) dan petanda (signified). Studi semiotik sastra adalah usaha untuk menganalisis sebuah sistem tanda-tanda. Penelitian sastra dengan pendekatan semiotik menggambarkan kepada kita bahwa untuk memahami karya sastra itu, kita harus memahami tanda-tanda yang ada di dalamnya meliputi arti bahasa, suasana, perasaan, intensitas, arti tambahan (konotasi), daya liris, dan segala pengertian tanda-tanda yang ditimbulkan oleh konvensi sastra.


DAFTAR PUSTAKA

pribadiuntuksemua.blogspot.com. (2010, 14 November). Analisis Puisi Semiotik. Diakses pada 20 Otober 2020, dari http://pribadiuntuksemua.blogspot.com/2010/11/analisis-puisi-semiotik.html?m=1 


No comments:

Post a Comment

Kelompok 3 (Menentukan dan Membandingkan Ide Pokok dan Ide Penjelas dalam Teks Argumentasi)

 KELOMPOK 3 TEKS ARGUMENTASI Pentingnya Menjaga Kebersihan Lingkungan Menjaga kebersihan lingkungan merupakan tanggung jawab kita bersama. L...