Saturday, June 29, 2024

Kelompok 3 (Menentukan dan Membandingkan Ide Pokok dan Ide Penjelas dalam Teks Argumentasi)

 KELOMPOK 3

TEKS ARGUMENTASI


Pentingnya Menjaga Kebersihan Lingkungan

Menjaga kebersihan lingkungan merupakan tanggung jawab kita bersama. Lingkungan yang bersih dan sehat memiliki banyak manfaat bagi kehidupan manusia. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan.

Pertama, lingkungan yang bersih dapat menjaga kesehatan manusia. Lingkungan yang kotor dan penuh sampah dapat menjadi tempat berkembang biaknya berbagai penyakit. Udara yang tercemar dan air yang kotor dapat menyebabkan berbagai penyakit pernapasan dan pencernaan. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menjaga kebersihan lingkungan agar terhindar dari berbagai penyakit.

Kedua, lingkungan yang bersih dapat menciptakan suasana yang nyaman dan indah. Lingkungan yang kotor dan penuh sampah akan membuat kita merasa tidak nyaman dan tidak aman. Sebaliknya, lingkungan yang bersih dan asri akan membuat kita merasa nyaman dan senang. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menjaga kebersihan lingkungan agar dapat menciptakan suasana yang nyaman dan indah.

Ketiga, lingkungan yang bersih dapat menjaga kelestarian alam. Sampah plastik dan bahan pencemar lainnya dapat merusak lingkungan dan mengganggu keseimbangan alam. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menjaga kebersihan lingkungan agar dapat menjaga kelestarian alam.

Dengan demikian, jelaslah bahwa menjaga kebersihan lingkungan merupakan hal yang sangat penting. Kita harus selalu menjaga kebersihan lingkungan dengan membuang sampah pada tempatnya, tidak membakar sampah, dan menjaga kebersihan air. Dengan menjaga kebersihan lingkungan, kita dapat menciptakan lingkungan yang sehat, nyaman, dan indah, serta menjaga kelestarian alam.

Kelompok 2 (Menentukan dan Membandingkan Ide Pokok dan Ide Penjelas dalam Teks Argumentasi)

 KELOMPOK 2

TEKS ARGUMENTASI


Pentingnya Menjaga Kebersihan Lingkungan Sekolah

Lingkungan sekolah merupakan tempat belajar bagi para siswa untuk menimba ilmu dan mengembangkan diri. Kebersihan lingkungan sekolah menjadi faktor penting yang dapat memengaruhi kualitas belajar mengajar dan kesehatan para siswa. Oleh karena itu, menjaga kebersihan lingkungan sekolah adalah tanggung jawab bersama yang perlu dilakukan oleh semua pihak, baik siswa, guru, maupun staf sekolah.

Lingkungan sekolah yang bersih dan rapi dapat menciptakan suasana belajar yang nyaman dan kondusif. Hal ini dapat meningkatkan fokus dan konsentrasi siswa dalam belajar, sehingga mereka dapat menyerap pelajaran dengan lebih baik. Selain itu, lingkungan sekolah yang bersih juga dapat membantu menjaga kesehatan siswa dan mencegah penyebaran penyakit.

Menjaga kebersihan lingkungan sekolah juga dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab dan disiplin pada diri siswa. Dengan membiasakan diri menjaga kebersihan lingkungan sekolah, siswa akan terbiasa untuk selalu menjaga kebersihan di mana pun mereka berada. Hal ini tentu akan bermanfaat bagi mereka di masa depan.

Kebersihan lingkungan sekolah juga dapat mencerminkan citra sekolah itu sendiri. Sekolah yang bersih dan asri akan memberikan kesan yang positif bagi para pengunjung, baik siswa, orang tua, maupun masyarakat umum. Hal ini tentu akan meningkatkan reputasi sekolah dan menarik minat calon siswa baru untuk mendaftar.

Menjaga kebersihan lingkungan sekolah adalah hal yang penting dan bermanfaat bagi semua pihak. Oleh karena itu, semua pihak yang terlibat dalam lingkungan sekolah haruslah bekerja sama untuk menjaga kebersihan sekolah dengan baik. Dengan menjaga kebersihan sekolah, kita dapat menciptakan lingkungan belajar yang nyaman, sehat, dan kondusif bagi para siswa.

Kelompok 1 (Menentukan dan Membandingkan Ide Pokok dan Ide Penjelas dalam Teks Argumentasi)

 KELOMPOK 1

Teks Argumentasi


Pentingnya Menjaga Kesehatan Mental di Era Digital


    Di era digital yang serba cepat ini, kesehatan mental menjadi isu yang semakin penting. Penggunaan media sosial yang berlebihan, paparan informasi yang tidak terfilter, dan tekanan sosial yang tinggi dapat menjadi faktor yang berkontribusi terhadap masalah kesehatan mental. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menjaga kesehatan mental agar dapat menjalani hidup dengan optimal.

    Menjaga kesehatan mental dapat membantu meningkatkan kualitas hidup. Ketika mental kita sehat, kita akan merasa lebih bahagia, lebih tenang, dan lebih fokus. Hal ini dapat membantu kita dalam mencapai tujuan hidup dan menjalani hidup yang lebih bermakna. 

    Menjaga kesehatan mental juga dapat meningkatkan produktivitas. Ketika mental kita sehat, kita akan lebih fokus dan termotivasi dalam bekerja. Hal ini dapat membantu kita dalam menyelesaikan pekerjaan dengan lebih efektif dan efisien.

    Menjaga kesehatan mental dapat meningkatkan hubungan sosial. Ketika mental kita sehat, kita akan lebih mudah bergaul dengan orang lain dan membangun hubungan yang positif. Hal ini dapat membantu kita dalam meningkatkan kualitas hidup sosial. 

    Menjaga kesehatan mental dapat membantu mencegah masalah kesehatan fisik. Stres dan kecemasan yang berkepanjangan dapat berakibat pada berbagai masalah kesehatan fisik, seperti penyakit jantung, stroke, dan diabetes. Oleh karena itu, menjaga kesehatan mental dapat membantu kita dalam mencegah masalah kesehatan fisik. 

    Menjaga kesehatan mental dapat membantu mengatasi masalah kesehatan mental yang sudah ada. Jika Anda mengalami masalah kesehatan mental, seperti depresi atau kecemasan, penting untuk mencari bantuan profesional. Dengan pengobatan yang tepat, Anda dapat mengatasi masalah kesehatan mental dan menjalani hidup yang lebih normal.

    Menjaga kesehatan mental sangatlah penting untuk menjalani hidup yang sehat dan bahagia. Dengan menjaga kesehatan mental, kita dapat meningkatkan kualitas hidup, produktivitas, hubungan sosial, dan kesehatan fisik. Jika Anda mengalami masalah kesehatan mental, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional.

Friday, June 10, 2022

KOMUNIKASI TULIS (SURAT MENYURAT)-Mata Kuliah Menulis

MAKALAH

MENULIS

"KOMUNIKASI TULIS (SURAT MENYURAT)"

Dosen Pengampu: Umi Kholidah, M.Pd.


Disusun Oleh:

SINTA SILVASIA (2019406403014)

FADLY ALVIANTO (2019406403060)

EKA SAFITRIANI (2019406403035)

RATIH AGUSTINA PUTRI (2019406403048)

LUTFI NUR AZIZAH (2019406403053)

ALFIA NURUL AINI (2019406403004)

SALSA APRILIANA (2019406403027)

RIZKA INDAH RAMADHANI (2019406403061)

AYU RETNO SULISTIYOWATI (2019406403043)

FADLHU ROHMAN RAMADHANI (2019406403011)


PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG

TAHUN 2020/2021




KATA PENGANTAR


Syukur alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Menulis.

Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada:

  1. Umi Kholidah, M.Pd. selaku dosen pengampu yang telah membantu kami dalam mengerjakan makalah ini.
  2. Kepada teman-teman mahasiswa juga yang telah memberi konstribusi baik langsung, maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah.

Dalam makalah ini dijelaskan pengertian secara umum. Adapun tujuan kami menyusun makalah ini yang utama adalah untuk memenuhi tugas dari dosen yang membimbing kami dalam mata kuliah Menulis.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman yang kami miliki.Oleh karena itu,kami mengharapkan segala bentuk saran dan masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.


Pringsewu, 16 November 2020


Penulis




DAFTAR ISI


HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR 

DAFTAR ISI


BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 

B. Rumusan Masalah 

C. Tujuan Penulisan 


BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Surat Menyurat 

B. Jenis-jenis Surat 

C. Bahasa Surat 

D. Bentuk Surat 

E. Fungsi Surat 


BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan 

B. Saran 

DAFTAR PUSTAKA



BAB I

PENDAHULUAN


A. LATAR BELAKANG

Surat adalah sebuah alat atau media komunikasi yang berupa tulisan yang berisi informasi, pesan, persyaratan, atau tanggapan sesuai keinginan sang penulis surat. Surat merupakan sarana komunikasi tertulis. Surat dipandang sebagai alat komunikasi tulis yang paling efisien, efektif, ekonomis, dan praktis dibandingkan dengan komunikasi lisan. Apa yang dikomunikasikan melalui surat akan sampai kepada alamat yang dituju sesuai dengan sumber aslinya. Peranan surat lebih penting lagi, terutama dalam surat resmi, seperti surat yang dikeluarkan oleh organisasi/lembaga. Sebagai contoh, pada saat sebuah perusahaan dagang mengirimkan surat kepada perusahaan lain yang bermaksud untuk menawarkan produk yang dijual oleh perusahaan dagang tersebut. Berdasarkan ilustrasi tersebut dapat dikatakan bahwa surat dapat berfungsi sebagai alat komunikasi atau penyampai informasi dari perusahaan dagang tersebut kepada perusahaan lain. Surat juga dapat berfungsi sebagai wakil penulis, dalam hal ini penulis tidak perlu langsung bertatap muka dengan orang yang dituju untuk menyampaikan informasi melainkan diwakili oleh surat.

Namun terkadang, kita tidak mengerti bagaimana pengertian, fungsi, bentuk, jenis-jenis dan bahasa surat yang baik dan benar. Untuk itu, dalam makalah ini akan dibahas mengenai hal-hal yang berkaitan dengan surat menyurat.


B. RUMUSAN MASALAH

1. Apakah pengertia surat ?

2. Apa sajakah fungsi surat ?

3. Apa saja jenis-jenis surat ?

4. Apa saja ciri-ciri surat ?


C. TUJUAN PENULISAN

1. Untuk mengetahui pengertia mengenai surat

2. Untuk mengetauhi fungsi surat

3. Untuk mengetahui jeni-jeni surat

4. Untuk mengetahui ciri-ciri dari surat.



BAB II

PEMBAHASAN 


A. Pengertian Surat Menyurat

1. Pengertian Surat

Surat adalah suatu sarana untuk menyampaikan pernyataan-pernyataan atau informasi secara tertulis dari pihak yang satu kepada pihak yang lain, baik atas nama sendiri, maupun atas nama jabatannya dalam sebuah organisasi, instansi ataupun perusahaan. Informasi-informasi ini dapat beberapa permintaan, laporan, pemikiran, saran-saran dan sebagainya.


2. Pengertian dan Tujuan Surat Menyurat

Surat menyurat adalah suatu kegiatan untuk mengadakan hubungan secara terus menerus antara pihak yang satu kepada pihak yang lainnya. Dan dilaksanakan dengan saling berkiriman surat. Kegiatan surat menyurat ini disebut juga dengan istilah lainnya yaitu korespondensi. Jika hanya sepihak saja yang mengirimkan surat secara terus menerus tanpa ada balasan atau tanggapan dari pihak lainnya hal ini tidak dapat dinamakan kegiatan surat menyurat. Setiap kerja perorangan apalagi organisasi selalu membutuhkan kerja sama dengan pihak lain untuk mencapai tujuannya.

Tujuan menulis surat secara garis besar diklasifikasikan menjadi tiga macam, yaitu:    

1. Menyampaikan informasi kepada pembaca surat;

2. Mendapatkan tanggapan dari pembaca surat tentang isi surat;

3. Ingin mendapatkan tanggapan dan menyampaikan informasi kepada pembaca surat.


B. Jenis-jenis Surat 

1. Jenis Surat Berdasarkan Sifatnya.

Berdasarkan sifatnya surat dapat digolongkan menjadi lima jenis yaitu :

a. Surat Pribadi

Surat pribadi adalah surat-surat yang bersifat kekeluargaan, surat-surat yang berisi masalah keluarga, baik tentang kesehatan, keuangan keluarga dan sebagainya.

Surat Pribadi, dibedakan menjadi:

1. Surat pribadi yang bersifat resmi, surat atas nama pribadi yang dikirim ke organisasi-organisasi resmi, seperti: surat lamaran pekerjaan, surat izin tidak masuk kerja.

2. Surat pribadi yang bersifat tidak resmi, surat pribadi yang bersifat kekeluargaan atau kekerabatan, seperti: surat kepada orang tua, kakak, teman, dll.

b. Surat Dinas Pribadi

Surat dinas pribadi disebut juga surat setengah resmi adalah surat-surat yang dikirimkan dari seseorang atau pribadi kepada instansi-instansi, perusahaan-perusahaan, ataupun jawatan-jawatan.

c. Surat Dinas Swasta

Surat dinas swasta disebut juga surat resmi adalah surat-surat yang dibuat oleh instansi-instansi swasta, yang dikirimkan untuk para karyawannya ataupun untuk para relasinya atau langganannya atau instansi –instansi lain yang terkait.

d. Surat Niaga

Surat niaga adalah surat yang berisi, soal-soal perdagangan yang dibuat oleh perusahaan yang dikirimkan kepada para langganannya.

e. Surat Dinas Pemerintah

Surat dinas digunakan untuk kepentingan pekerjaan formal seperti instansi dinas dan tugas kantor. Surat ini penting dalam pengelolaan administrasi dalam suatu instansi Fungsi dari surat dinas yaitu sebagai dokumen bukti tertulis, alat pengingat berkaitan fungsinya dengan arsip, bukti sejarah atas perkembangan instansi, dan pedoman kerja dalam bentuk surat keputusan dan surat instruksi Ciri-ciri surat dinas:

1. Menggunakan kop surat dan instansi atau lembaga yang bersangkutan

2. Menggunakan nomor surat, lampiran, dan perihal

3. Menggunakan salam pembuka dan penutup yang baku

4. Menggunakan bahasa baku atau ragam resmi

5. Menggunakan cap atau stempel instans atau kantor pembuat surat

6. Menggunakan format tertentu.


2. Jenis Surat Berdasarkan Wujudnya.

Penggolongan surat berdasarkan wujudnya dapat dibagi kedalam tujuh jenis, yaitu :

a. Surat Yang menggunakan Kartu Pos

Kartu pos adalah blanko yang dikeluarkan oleh Perum Postel atau instansi lain yang telah diberi izin Perum Postel untuk mencetaknya asal sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan Perum Postel.

b. Warkat Pos

Warkat pos adalah sehelai kertas yang telah dicetak dengan memakai lambaga dan petunjuk penulisan berita, yang dikeluarkan oleh perum postel atau instansi lain yang telah diberi izin.

c. Surat Bersampul

Surat bersampul adalah surat-surat yang isinya atau beritanya ditulis pada kertas lain, kemudian kertas surat tersebut dimasukkan kedalam sampul atau amplop.

d. Surat Terbuka dan Surat Tertutup

Surat terbuka adalah surat-surat yang isinya dapat dibaca oleh umum misalnya, surat dari pembaca kepada pembaca atau surat yang dikirimkan oleh pembaca untuk pemerintah, instansi lain, melalui redaksi surat kabar, majalah, tabloid, dan sebagainya.

e. Memorandum dan Nota

Memorandum adalah salah satu alat komunikasi berupa surat-surat dilingkungan dinas yang penyampaiannya tidak resmi dan digunakan secara intern (didalam lingkungan sendiri baik perusahaan , instansi lainnya). Nota adalah merupakan alat komunikasi kedinasan antara pejabat dari suatu unit organisasi yang digunakan secara intern dalam lingkungan sendiri, tetapi bersifat resmi.

f. Telegram

Telegram adalah suatu alat komunikasi dengan cara menyampaikan berita-berita melalui radio atau pesawat telegram mengenai sesuatu hal yang perlu segera mendapat penyelesaian dengan cepat. Isi telegram berupa tulisan-tulisan singkat yang dikirimkan dari jarak jauh.

g. Surat Biasa

Surat biasa adalah surat-surat yang isinya tidak mengandung rahasia walaupun terbaca oleh orang lain, seperti surat undangan pernikahan atau khitanan, surat pertemuan para siswa untuk rekreasi dan sebagainya.


3. Jenis Surat Berdasarkan Tata Aliran Surat

Bedasarkan tata aliran surat, surat dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu:

1. Surat masuk adalah surat-surat yang diterima oleh suatu organisasi / perusahaan yang berasal dari seseorang atau dari suatu organisasi.

2. Surat keluar adalah surat-surat yang dikeluarkan / dibuat suatu organisasi / perusahaan untuk dikirimkan kepada pihak lain, baik perseorangan maupun kelompok.

Setiap kantor setiap harinya akan menangani surat-surat. Mungkin satu hari ada 1 surat, 2 surat, bahkan ratusan surat. Jumlah yang banyak tersebut jika tidak ditangani dengan baik tentunya akan dapat merugikan banyak pihak, khususnya bagi kantor yang bersangkutan.


4. Jenis Surat Berdasarkan Keamanan Isinya

Berdasarkan keamanan isinya, surat dapat digolongkan menjadi tiga jenis yaitu:

a. Surat Sangat Rahasia

Surat-surat yang digunakan untuk surat-surat yang berhubungan dengan keamanan Negara atau surat-surat yang berupa Dokumen Negara, sehingga bila surat ini jatuh ketangan yang tidak berhak maka akan membahayakan masyarakat atau Bangsa dan Negara.

b. Surat Rahasia

Surat-surat yang isinya harus dirahasiakan, tidak boleh dibaca oleh orang lain, karena bila jatuh ketangan orang yang tidak berhak, akan merugikan perusahaan atau instansi tersebut.

c. Surat Konfidensial

Surat-surat yang termasuk surat rahasia juga, karena isinya tidak boleh diketahui orang lain cukup hanya diketahui oleh pejabat yang bersangkutan, karena kalau jatuh kepada orang yang tidak berhak akan mencemarkan nama baik orang tersebut. Contohnya surat laporan tentang karyawan yang korupsi.


5. Jenis Surat Berdasarkan Penyelesaiannya

Surat berdasarkan proses penyelesaiannya dapat digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu:

a. Surat Sangat Segera atau Surat Kilat

Surat yang harus dikirimkan dengan sangat segera atau kilat adalah surat yang harus ditangani secepat mungkin pada kesempatan yang pertama karena surat ini harus segera dikirimkan secepatnya karena penerima harus cepat menanggapi dan menyelesaikannya.

b. Surat Segera

Surat yang secepatnya diselesaikan tetapi tidak perlu pada kesempatan yang pertama dan segera dikirimkan supaya mendapat tanggapan dan penyelesainya dari pihak penerima.

c. Surat Biasa

Surat-surat yang tidak perlu tergesa-gesa untuk penyelesaian karena tidak perlu mendapat tanggapan yang secepatnya dari penerima.


C. Bahasa Surat

Pada hakekatnya surat itu adalah suatu karangan yang berupa perumusan dalam bentuk tertulis tentang pernyataan, pemikiran, permintaan, atau hal-hal yang ingin disampaikan kepada pihak penerima surat. Karena surat sebagai karangan, maka surat pun harus memenuhi berbagai ketentuan mengenai penyusunan karangan ataupun komposisi seperti tema, tata bahasa, kalimat, alinea, gaya bahasa, dan penggunaan tanda baca.

1. Penggunaan bahasa Indonesia dalam surat

Penggunaan kata-kata dialek yang belum dikaji kebenarannya tidak dibenarkan. Penggunaan kata-kata gimana, kenapa, entar, kasih, bikin, dan yang semacam itu termasuk tidak baik. Padanan kata-kata itu yang dianggap baik adalah bagaimana, mengapa, nanti, memberi, membuat.

Contoh :

a. Kata Baku : Februari, formal, November, persen, pikir.

b. Kata Tidak Baku : Pebruari, formil, Nopember, prosen, fikir.


2. Kata yang lazim

Pilihlah kata yang lazim memakai istilah dalam bahasa Indonesia. Contoh : masukan bukan input, suku cadang bukan sparepart, peringkat bukan rangking, dampak bukan impact.


3. Kata yang cermat

Kata memohon, meminta, menugasi, memerintahkan, menganjurkan, dan menyarankan merupakan kata-kata yang mempunyai arti yang sama. Penulis surat dinas hendaknya dapat memilih kata tersebut dengan tepat sesuai dengan pesan yang ingin disampaikan dalam surat. Penggunaan sapaan Bapak, Ibu, Saudara, dan Ananda hendaknya tepat pula sesuai dengan kedudukan orang yang dikirimi surat tersebut. Apakah penerima surat lebih tinggi pangkat atau kedudukannya, ataukah sederajat dengan pengirim surat.


4. Ungkapan ideomatis

Unsur-unsur dalam ungkapan idiomatis sudah tetap dan senyawa. Unsur-unsur itu tidak boleh ditambah, dikurangi, atau dipertukarkan. Yang termasuk ungkapan ideomatis antara lain, sesuai dengan, bertemu dengan, terbuat dari, dan luput dari.


5. Ungkapan yang bersinonim

Ungkapan-ungkapan yang bersinonim atau berarti sama sebaiknya tidak digunakan sekaligus. Contoh, sejak dan dari, adalah dan merupakan.


D. Bentuk Surat

1. Pengertian Bentuk Surat

Bentuk surat adalah pola surat menurut susunan letak dan bagian – bagian surat. Bentuk-bentuk surat biasanya selalu dipakai dalam kedinasan atau pekerjaan atau juga keorganisasian. Selain itu bentuk-bentuk surat biasanya memiliki bentuk susunan atau bentuk struktur yang berbeda dengan bentuk surat yang lainnya. Salah satu faktor yang menetukan keefektifan surat adalah betuknya. Surat yang yang ditulis dalam bentuk yang baik, akan member kesan yang baik dan memiliki daya tarik bagi pembaca atau penerimanya. Sebaliknya, surat yang ditulis dalam bentuk yang kurang baik, akan memberi kesan yang kurang baik dan kurang menarik bagi penerimanya.

Oleh sebab itu, tidak dapat disangka bahwa bentuk surat harus mendapat perhatian khusus dari setiap koresponden demi keberhasilannya dalam berkomunikasi. Dalam penulisan surat bagian-bagian surat harus ditata posisi atau letaknya di daerah penulisan surat yang terdapat pada bidang kertas yang digunakan. Bentuk surat bermacam-macam, bentuk surat yang digunakan harus dipilih; hal ini biasanya tidak menjadi masalah bagi pengonsep surat karena di lembaga pemerintah maupun lembaga swasta pada umumnya jenis bentuk surat telah ditentukan. Selain itu, daerah penulisan surat pada bidang kertas yang digunakan, harus juga ditentukan dengan jelas. 


2. Bentuk-bentuk Surat

a. Bentuk Surat Standar Internasional

Pada dasarnya bentuk surat hanya dua macam, yaitu Block Style ‘ bentuk balok ’ dan Indented Style ‘ bentuk lekuk atau bentuk bertakuk ’. Bentuk surat lainnya yang bermacam-macam sebenarnya merupakan hasil pengembangan atau perubahan dari kedua macam bentuk surat ini. Berikut bentuk-bentuk surat yang sudah  merupakan standar internasional ada tujuh macam, yaitu :

Bentuk lurus penuh (full block style), yaitu bentuk surat yang penulisannya semua dimulai dari pinggir sebelah kiri. artinya, mulai dari tanggal, kata penutup sampai kata lampiran yang ditulis di sebelah bawah penulisannya dimulai dari kiri. Bagian-bagian surat dari Bentuk Lurus Penuh (Full Block Style) :

a. kop Surat

b. tanggal dibuatnya surat

c. nomor Surat

d. lampiran

e. hal

f. surat yang di tujukan

g. salam Pembukaan

h. pendahuluan isi surat

i. penjelasan isi surat

j. penutup isi surat

k. salam Penutup

l. nama jabatan

m. tanda Tangan

n. nama yang mendatangani 

o. tembusan

p. halaman lampiran surat/Inisial


E. Fungsi Surat 

Meskipun alat komunikasi berkembang pesat, tetapi surat masih dipertahankan karena surat mempunyai fungsi sebagai:

1. Alat Komunikasi

Sebagai alat komunikasi, surat dapat menyampaikan informasi dari satu pihak ke pihak lain atas  nama pribadi maupun organisasi.


2. Alat Bukti Tertulis

Sebagai alat bukti tertulis, surat dapat dipergunakan sebagai bukti apabila terjadi perselisihan antara organisasi-organisasi atau pejabat-pejabat yang mengadakan hubungan korespondensi.


3. Alat Pengingat

Sebagai alat pengingat, surat dapat digunakan untuk mengetahui hal-hal atau peristiwa yang telah lampau.


4. Alat Bukti Historis

Sebagai alat bukti historis, karena surat dapat untuk mengetahui sejarah atau perkembangan suatu organisasi.


5. Duta atau Wakil Organisasi

Sebagai duta atau wakil organisasi, kehadiran surat mewakili organisasi dalam berkomunikasi atau bertatap muka dengan pihak lain.


6. Alat Pedoman Kerja

Surat berfungsi sebagai pedoman kerja, karena surat dapat digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan pekerjaan.




BAB III

PENUTUP


A. KESIMPULAN

Surat menyurat adalah salah satu bentuk komunikasi dengan mempergunakan surat sebagai alat, oleh karena itu surat menyurat merupakan salah satu alat komunikasi yang sangat penting dan setiap waktu dilakukan dalam tugas sehari-hari dalam kantor. 

Surat merupakan salah satu alat komunikasi tertulis yang berasal dari satu pihak dan ditujukan dari pihak lain untuk menyampaikan berita dengan demikian jelas bahwa surat sangat penting artinya dalam membantu memperlancar tercapainya tujuan organisasi. Perlu diusahakan agar dapat membuat surat dengan baik, sebab penilaian negatif terhadap surat akan dapat mempengaruhi pula penilaian negatif dalam organisasi.


B. SARAN

Berdasarkan simpulan di atas, maka surat menyurat sangatlah penting dalam suatu organisasi karena surat-menyurat merupakan salah satu bagian dari proses komunikasi dalam organisasi yang berbentuk tulisan, proses surat menyurat ini lebih diutamakan untuk lingkungan ekstern organisasi yang sangat berpengaruh dalam menciptakan link organisasi. Dengan adanya surat menyurat yang baik dan rapi, maka dapat mendukung tercapainya tujuan organisasi yaitu bisa bertahan (Survival) dan bisa tumbuh berkembang (Growth). 




DAFTAR PUSTAKA


https://hajiucokbjm.blogspot.com/2016/12/contoh-makalah-tentang-surat-menyurat.html

http://sastranusantara17.blogspot.com/2016/04/makalah-bentuk-dan-bagian-bagian-surat.html

https://hajiucokbjm.blogspot.com/2016/12/contoh-makalah-tentang-surat-menyurat.html

ALAT UCAP DAN PROSES PEMBUNYIAN-Mata Kuliah Fonologi

MAKALAH

FONOLOGI

ALAT UCAP DAN PROSES PEMBUNYIAN

Dosen Pengampu : Dessy Saputry, S.Pd.,M.Hum.


Disusun Oleh :

Kelompok 6

Galuh Anggraini (2019406403009)

Ami Ulandari (2019406403067)

Desi Astuti (2019406403003)

Eliyana Indra Cahya (2019406403006)

Erni Resti Rodiah (2019406403057)

Ratih Ari Yanti (2019406403023)

Fadhlu Rohman Ramadhani (2019406403011)


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG

2019/2020


KATA PENGANTAR

Puji  syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan karunia-NYA kami dapat menyelesaikan makalah ini yang bertemakan “Alat ucap dan Proses Pembunyian”. 

Dalam kesempatan ini kami ingin menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar besarnya kepada Bu Dessy Saputry S.Pd.,M.Hum. selaku dosen pengampu mata kuliah fonologi.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan, dan juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung. Semoga tugas ini berguna bagi pembaca. Atas kritik dan saran yang diberikan, kami ucapkan terimakasih.

Pringsewu, 11 April 2020



Penyusun



DAFTAR ISI


HALAMAN JUDUL 

KATA PENGANTAR 

DAFTAR ISI


BAB I PENDAHULUAN

        A. Latar Belakang 

        B.Rumusan Masalah 

        C. Tujuan 

BAB II PEMBAHASAN

        A. Alat Ucap 

       B. Proses Pembunyian 


BAB III PENUTUP 

        A.Kesimpulan 

        B.Saran 

DAFTAR PUSTAKA


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan sosialnya, manusia saling berhubungan antara satu sama lain. Dalam hal ini perlu adanya sebuah komunikasi. Kebutuhan berkomunikasi itupun semakin kompleks seiring dengan perkembangan zaman dan kebudayaan manusia. Sehingga keadaan tersebut menempatkan bahasa sebagai alat komunikasi manusia pada posisi yang paling penting.

Agar komunikasi tersebut berjalan dengan baik, kedua belah pihak memerlukan bahasa yang dapat dipahami bersama. Wujud bahasa yang utama adalah bunyi. Bunyi-bunyi tersebut disebut bunyi bahasa. Dalam penghasilan bunyi bahsa tentu dibutuhkan alat – alat ucap untuk menghasilkan bunyi bahasa tersebut. Selain itu dalam penghasilan bunyi bahasa juga ada proses pembunyian, bagaimana bunyi bahasa itu dapat dihasilkan. Sehingga kita perlu mengetahui dan memahami alat ucap dan proses pembunyian.


B. Rumusan Masalah

1. Apa saja Alat Ucap?

2. Bagaimana Proses Pembunyian?


C. Tujuan

1. Untuk mengetahui apa saja alat ucap.

2. Untuk mengetahui bagaimana proses pembunyian.


BAB II

PEMBAHASAN


A. Alat Ucap

Alat ucap adalah organ tubuh manusia yang digunakan untuk menghasilkan bunyi-bunyi bahasa. Selain itu, alat ucap mempunyai fungsi utama lain yang bersifat fisiologis. Misalnya, paru-paru untuk bernafas. Namun, alat-alat itu secara linguistik digunakan untuk menghasilkan bunyi-bunyi bahasa sewaktu berujar

Kita perlu  memahami nama-nama alat ucap, untuk bisa memahami bagaimana bunyi bahasa diproduksi. Nama-nama alat ucap yang terlibat dalam proses produksi bunyi bahasa adalah sebagai berikut :

1. Paru – paru (Lung)

2. Batang tenggorok (Trachea)

3. Pangkal tenggorok (Laring)

4. Pita Suara (Vocal Cord) yang di dalamnya terdapat glotis, yaitu celah di antara dua bilah pita suara.

5. Krikoid (Cricoid)

6. Lekum atau tiroid (Thyroid)

7. Aritenoid (Arythenoid)

8. Dinding rongga kerongkongan (Wall of Pharynx)

9. Epiglotis (Epiglotis)

10. Akar lidah (Root of the tongue)

11. Pangkal lidah (Back of the tongue, medium)

12. Tengah lidah (Middle of the tongue, medium)

13. Daun lidah (Blade of the tongue, laminium)

14. Ujung lidah (Tip of the tounge, apex)

15. Anak tekak (Uvula)

16. Langit-langit lunak (Soft palate, Velum)

17. Langit-langit keras (Hard palate, palatum)

18. Gusi, ceruk gigi (Alveolum)

19. Gigi atas (Upper Teeth, dentum)

20. Gigi bawah (Lower teeth, dentum)

21. Bibir atas (Upper lip, labium)

22. Bibir bawah (Lower lip, labium)

23. Mulut (Mouth)

24. Rongga mulut (Oral Cavity)

25. Rongga hidung (Nasal cavity) 


Nama-nama latin alat ucap itu perlu diperhatikan, karena nama-nama bunyi disebut juga dengan nama latinnya. Misalnya, bunyi-bunyi yang dihasilkan di bibir disebut bunyi labial, diambil dari kata labium yaitu bibir ; dan bunyi yang dihasilkan oleh ujung  lidah dan gigi disebut bunyi apikodrntal, yang diambil dari kata apeks yaitu ujung lidah dan kata dentum yaitu gigi.

Berikut penjelasan bagaimana alat-alat ucap bekerja untuk menghasilkan bunyi:

A. Paru – paru 

Paru – paru adalah sumkber arus udara yang merpakan syarat mutlak terjadinya bunyi bahasa. Namun, perlu diketahui juga bahwa bunyi bahasa dapat juga dihasilkan dengan arus udara yang datang dari luar mulut. Arus udara yang datang dari paru-paru disebut Egresif, sedangkan arus udara yang datang dari luar disebut ingresif. Perlu dieketahui juga selama ini dalam bahasa Indonesia tidak ada bunyi yang dihasilkan dengan arus udara ingresif itu.


B. Pangkal Tenggorok (Laring), pita suara, glotis, dan epiglottis.

Pangkal tenggorok adalah sebuah rongga pada ujung saluran pernafasan yang diujungnya ada sepasang pita suara. Celah di antara pita suara disebut glotis. Pada glotis inilah awal terjadinya bunyi bahasa dalam proses roduksi bunyi. Bila glotis dalam keadaan terbuka lebar, maka tidak ada bunyi bahasa yang dihasilkan. Bila glotis dalam keadaan terbuka agak lebar akan terjadi bunyi tak bersuara. Bila glotis dalam keadaan terbuka sedikit, maka akan terjadi bunyi bersuara. Lalu, bila glotis dalam kedaan tertutup rapat akan terjadi bunyi hamzah (bunyi hambat glottal).


C. Rongga Kerongkongan (Faring)

Faring adalah sebuah rongga yang terletak di antara pangkal tenggorok dengan rongga mulut dan rongga hidung. Faring berfungsi sebagai “tabung udara” yang akan ikut bergetar apabila pita suara bergetar. Bunyi bahasa yang dihasilkan disebut bunyi faringal.


D. Langit – langit Lunak (Velum), Anak Tekak (Uvula) dan Pangkal Lidah (Dorsum)

Velum dan uvula dapat turun naik untuk mengatur arus udara yang keluar masuk melalui rongga hidung atau rongga mulut. Uvula akan mearapat ke dinding faring kalau arus udara keluar melalui rongga mulut (Bunyi Oral), dan akan menjauh kalau arus udara keluar melalui rongga hidung (Bunyi Nasal). Bunyi yang dihasilkan dengan velum sebagai artikulator pasif dan dorsum sebagai artikulator aktif yang disebut dorsovelar, dari gabungan kata dorsum dan velum. Sedangkan yang dihasilkan oleh uvula disebut bunyi uvular.


E. Langit – langit Keras (Palatum), Ujung Lidah (Apeks), dan Daun Lidah (Laminum)

Dalam pembentukan bunyi-bunyi bahasa, langit-langit keras berlaku sebagai sebagai articulator pasif dan yang menjadi altikulator aktifnya adalahn ujung lidah atau daun lidah. Bunyi bahasa yang dihasilkan oleh palatum dan apeks disebut bunyi apikopalatal. Sedangkan yang dihasilkan oleh palatum dan laminum disebut bunyi laminopalatal.


F. Ceruk Gigi (Alveolum), Apeks, dan Daun Lidah (Laminum)

Dalam pembentukan bunyi bahasa, alveolum sebagai artikulator pasif; dan apeks sebagai artikulator aktif. Bunyi yang dihasilkan alveolum dan apeks disebut bunyi apikoalveolar. Lalu yang dihasilkan oleh alveolum dan laminum disebut bunyi laminoalveolar.


G. Gigi (Dentum), Ujung Lidah (Apeks), dan Bibir (Labium)

Dalam produksi bunyi bahasa, gigi atas dapat berperan sebagai artikulator pasif; yang menjadi artikulator aktifnya adalah apeks. Bunyi yang dihasilkan oleh gigi atas dan apeks disebut bunyi apikodental; dan yang dihasilkan oleh gigi atas dan bibir bawah disebut bunyi labiodental. Ada juga bunyi Interdental, dimana apeks sebagai artikulator aktif berada di antara gigi atas dan gigi bawah yang menjadi altikulator pasif.


H. Bibir Bawah dan Bibir Atas

Dalam pembentukan bunyi bahasa bibir atas bisa menjadi articulator pasif dan bibir bawah menjadi artikulator aktif. Bunyi yang dihasilkan disebut bunyi bilabial.

Bibir bawah juga bisa menjadi artikulator aktif, dengan gigi atas sebagai artikulator pasifnya. Lalu, bunyi yang dihasilkan disebut Labiodental.


I. Lidah (Tongue)

Lidah terbaginatas empat bagian, yaitu ujung lidah (Apeks), daun lidah (Laminum), punggung atau pangkal lidah (dorsum), dan akar (root). Lidah dalam pembentukan bunyi bahasa selalu menjadi menjadi artikulator aktif. Sedangkan artikulator pasifnya adalah alat – alat ucap yang terdapat pada rahang atas.


J. Mulut dan Rongga Mulut

Rongga mulut dengan kedua belah bibir (atas dan bawah) berperan dalam pembentukan bunyi vokal. Kalau bentuk  mulut membundar maka akan dihasilkan bunyi bundar, kalau bentuknya tidak bundar atau melebar akan dihasilkan bunyi tidak bundar

Secara umum semua bunyi yang dihasilkan di rongga  mulut disebut bunyi oral, sebagai lawan bunyi nasal yang dihasilkan melalui rongga hidung.


K. Rongga Hidung

Bunyi bahasa yang dihasilkan melalui rongga hidung disebut bunyi nasal. Dihasilkan dengan cara menutup rapat – rapat arus udara di rongga mulut, dengan menyalurkan keluar melalui rongga hidung.


B. Proses Pembunyian

Proses pembunyian merupakan proses dihasilkannya bunyi melalui alat – alat ucap. Alat ucap dalam proses memproduksi bunyi bahasa dapat dibagai atas tiga komponen, yaitu :

a. Komponen subglotal.

Komponen subglotal terdiri dari paru – paru kiri dan kanan, saluran bronchial, dan saluran pernafasan. Selain itu ada alat ucap yang lain, yaitu otot – otot paru – paru , dan rongga dada. Secara fisiologis, komponen ini disebut sistem pernafasan. Dalam hubungannya dengan fonetik disebut sistem pernafasan subglotis. Fungsi utama komponen subglotal adalah member araus udara yang merupakan syarat mutlak untuk terjadinya bunyi bahasa.


b. Komponen laring.

Komponen laring merupakan kotak yang terbentuk dari tulang rawan yang berbentuk lingkaran. Laring berfungsi sebagai klep yang mengatur arus udara antara paru – paru, mulut, dan hidung. Pita suara dengan kelenturannya bisa membuka dan menutup, sehingga bisa memisahkan dan menghubungkan antara udara yang ada di paru – paru dan yang ada di mulut atau rongga mulut.

Dalam rangka proses produksi bunyi, pada laring inilah terjadinya awal mula bunyi itu. Posisi glotis menentukan bunyi yang diproduksi apakah bunyi bersuara, tidak bersuara, atau bunyi glotal.


c. Komponen Supraglotal. 

Komponen supraglotal adalah alat – alat ucap yang berada di dalam rongga mulut dan rongga hidung.

Terjadinya bunyi bahasa dalam proses produksi bunyi bahasa pada umumnya dimulai dari proses pemompaan uadara ke luar dari paru – paru melalui pangkal tenggorokan ke tenggorokan yang di dalamnya terdapat pita suara. Supaya udara itu bisa ke luar, pita suara itu harus terbuka. Setelah melalui pita suara, arus udara tadi diteruskan ke luar ke udara bebas.

Kalau arus udara yang ke luar dari paru – paru tanpa mendapat hambatan di dalam rongga mulut, maka tidak akan terdengar bunyi apa – apa, selain bunyi nafas. Kalau ada hambatan, maka akan terdengar bunyi bahasa.

Hambatan terhadap arus udara terjadi pada glotis sampai bibir atas dan bibir bawah. Bibir bawah dan bibir atas yang tertutup lalu arus udara yang terhambat, tiba – tiba dilepaskan maka akan terdengar bunyi letus [b] dan [p].

Sesudah melewati pita suara, tempat awal terjadinya bunyi bahasa, arus udara diteruskan ke rongga mulut atau rongga hidung, dimana alat – alat ucap terdapat. Sesuadah melewati pita suara, arus udara telah berubah menjadi arus ujar. Kalau arus ujar ini sebelum keluar mulut hanya “diganggu” dengan dihambat oleh alat – alat ucap, maka terjadilah bunyi konsonan. Kalau arus udara yang terhambat itu dikeluarkan melalui rongga mulut bunyi yang dihasilkan disebut bunyi oral, kalau dikeluarkan melalui rongga hidung disebut bunyi nasal.

Selain istilah vokal dan konsonan lazim juga digunakan istilah vokoid dan kontoid. Untuk kajian fonetik digunakan istilah bunyi vokal dan bunyi konsonan dan untuk tingkat fonemik digunakan istilah fonem vokal dan fonem konsonan.

Tempat terjadinya bunyi konsonan, yakni tempat hambatan terhadap bunyi ujar disebut tempat artikulasi. Sedangkan proses terjadinya bunyi disebut cara artikulasi. Alat – alat ucap yang digunakan disebut alat artikulasi (artikulator).

Dalam proses artikulasi ini, terlibat dua macam artikulator aktif dan pasif. Artikulator Aktif adalah alat ucap yang bergerak atau digerakkan, seperti bibir bawah. Sedangkan artikulator pasif adalah alat ucap yang tidak bergerak. Misalnya gigi atas.

Secara umum titik artikulasi yang mungkin terjadi dalam bahasa Indonesia yaitu :

a. Artikulasi Bilabial (bibir atas dan bibir bawah)

b. Artikulasi Labiodental (bibir bawah dan gigi atas)

c. Artikulasi Interdental (gigi bawah, gigi atas, dan ujung lidah)

d. Artikulasi apikodental (ujung lidah dan gigi atas)

e. Artikulasi apikoalveolar (ujung lidah dan ceruk gigi atas)

f. Artikulasi Laminodental (daun lidah dan gigiatas)

g. Artikulasi laminopalatal (daun lidah dan langit-langit keras)

h. Artikulasi Lamino alveolar (daun lidahdan ceruk gigi atas)

i. Artikulasi dorsopalatal (pangkal lidah dan langit – langit keras)

j. Artikulasi dorsovelar (pangkal lidah dan langit – langit keras)

k. Artikulasi dorsouvelar (pangkal lidah dan anak tekak)

l. Artikulasi Oral (penutupan arus udara ke rongga hidung)

m. Artikulasi radiko faringal (akar lidah dan dinding kerong – kerongan)


Sejauh ini, cara artikulasi yang diketahui antara lain adalah :

1. Arus ujar dapat dihambat pada titik tertentu, lalu dengan tiba – tiba diletupkan sehingga terjadilah bunyi yang disebut bunyi hambat, bunyi letup atau bunyi plosif.

2. Arus ujar dapat dihambat pada titik tertentu, lalu arus ujar itu dikeluarkan melalui rongga hidung, sehingga terjadilah bunyi nasal.

3. Arus ujar dapat dihambat pada tempat tertentu, kemudian diletupkan sambil digeser atau didesiskan sehingga terjadilah bunyi paduan atau bunyi afrikat.

4. Arus ujar dihambat pada tempat tertentu, kemudian digeserkan atau didesiskan sehingga terjadilah bunyi geeseran, bunyi desis atau bunyi frikatif.

5. Arus ujar didkeluarkan melalui samping kiri dan kanan lidah, maka terjadilah bunyi sampingan atau bunyi lateral.

6. Arus ujar dikeluarkan melalui samping kiri dan kanan lidah lalu digetarkan sehingga terjadilah bunyi getar atau tri.

7. Arus ujar pada awal prosesnya diganggu oleh posisi lidah, tetapi kemudian diganggu pada titik artikulasi tertentu sehingga terjadilah bunyi semi vokal atau bunyi lampiran.



BAB III

PENUTUP


A. Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan diatas, kami dapat menarik kesimpulan bahwa alat ucap merupakan organ tubuh manusia yang digunakan untuk menghasilkan bunyi-bunyi bahasa, dan merupakan komponen yang sangat penting untuk menghasilkan bunyi bahasa. Selain itu, proses pembunyian merupakan proses dalam memproduksi bunyi bahasa melalui alat – alat ucap. Sehingga, materi ini sangat perlu kita pelajari dan juga kita pahami.


B. Saran

Diharapkan agar kita bisa mengetahui dan memahami lebih jauh macam – macam alat ucap beserta fungsinya dan juga bagaimana proses pembunyian terjadi.



DAFTAR PUSTAKA


Chaer, Abdul .2009. Fonologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Saturday, May 28, 2022

Analisis Puisi Berdasarkan Semiotika- Mata Kuliah "Kajian Puisi"

MAKALAH

KAJIAN PUISI

“ANALISIS PUISI BERDASARKAN SEMIOTIK”

Dosen Pengampu: Amy Sabila, M.Pd.


Disusun Oleh: Kelompok 6

Nama Anggota

   1. Fitrah Putri Abadi  (2019406403033

   2. Lailatul Ma’rifah  (2019406403034

   3. Eka Safitriani   (2019406403035

   4. Umi Fitriatunisa  (2019406403036

   5. Rika Radita  (2019406403037)


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU

TAHUN 2020/2021



KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah “Kajian Puisi”, dengan judul makalah “Analisis Puisi Berdasarkan Semiotik”.


Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada :

  1. Ibu Amy Sabila, M.Pd. selaku dosen pengampu yang telah membantu kami dalam mengerjakan makalah ini.
  2. Kepada teman-teman mahasiswa juga yang telah member kontribusi baik langsung, maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah.


Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman yan kami miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran dan masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.


Pringsewu, 20 Oktober 2020



        Penyusun,

        Kelompok 6



DAFTAR ISI


HALAMAN JUDUL 

KATA PENGANTAR 

DAFTAR ISI 

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 

B. Rumusan Masalah 

C. Tujuan Penulisan 


BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Semiotik (Semiotika) 

B. Pendekatan Semiotik Dalam Karya Sastra 2

C. Metode Semiotik Dalam Penelitian Karya Sastra 

D. Pembacaan Semiotik 


BAB III KESIMPULAN 

DAFTAR PUSTAKA



BAB I

PENDAHULUAN


A. Latar Belakang

      Manusia hidup dengan tanda-tanda. Tanda-tanda ini ternyata telah digunakan manusia untuk berkomunikasi dari zaman dahulu hingga sekarang. Setiap oaring yang ingin berkomunikasi harus mengerti dengan tanda-tanda yang ada karena dia dikelilingi oleh tanda, yang ditemukan oleh tanda bahkan diatur oleh tanda. Dengan mengetahui tanda dalam komunikasi diharapkan komunikasi antara satu dengan yang lain dapat terjalin dengan baik.

      Sama halnya dengan komunikasi, karya sastra pun memiliki tanda-tanda sehingga orang yang membacanya akan mengerti maksud karya tersebut. Pengkajian karya sastra dengan tanda-tanda ini dilakukan oleh para pakar semiotik struktural, yang mengkaji system tanda yang dimanifestasikan melalui struktur bahasa.


B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan semiotik?

2. Apa yang dimaksud dengan pendekatan semiotik dalam karya sastra?

3. Bagaimana metode pendekatan semiotik dalam penelitian karya sastra?

4. Bagaimana pembacaan semiotik?


C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian semiotik.

2. Untuk mengetahui pengertian pendekatan semiotik dalam karya sastra.

3. Untuk mengetahui metode pendekatan semiotik dalam penelitian karya sastra.

4. Untuk mengetahui pembacaan semiotik.



BAB II

PEMBAHASAN


A. Pengertian Semiotik (Semiotika)

      Nama lain semiotik adalah semiologi dari bahasa Yunani semeion yang bermakna tanda. Semiotik atau semiotika adalah ilmu tentang tanda-tanda. Ilmu ini menganggap bahwa fenomena sosial atau masyarakat dan kebudayaan itu merupakan tanda-tanda. Semiotik mempelajari sistem-sistem, aturan, atau konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti. Dalam lapangan kritik sastra, penelitian semiotik meliputi analisis sastra sebuah penggunaan bahasa yang bergantung pada sifat-sifat yang menyebabkan bermacam-macam cara (modus) wacana mempunyai makna.


B. Pendekatan Semiotik Dalam Karya Sastra

      Secara padat Dolezel, Stout dan Ratna (dalam Hudayat, 2007: 58), menjelaskan bahwa strukturalisme berhubungan erat atau bahkan tidak terpisahkan dengan semiotic sebagai sarana untuk memahami karya sastra, untuk menangkap makna unsur-unsur struktur karya sastra dalam jalinan dengan keseluruhan karya yang harus memperhatikan system tanda yang dipergunakan dalam karya sastra.

      Bahasa merupakan system ketandaan tingkat pertama. Dalam system ketandaan tingkat pertama ini ditingkatkan menjadi system ketandaan tingkat kedua. Arti bahasa tingkat pertama disebut arti (meaning), arti bahasa dalam sastra sebagai system tanda tingkat kedua biasa disebut makna yang merupakan arti dari arti. Dalam karya sastra, arti bahasa ditentukan oleh konvensi sastra di samping konvensi bahasa sendiri.

      Jadi, yang dimaksud makna karya sastra itu meliputi arti bahasa, suasana, perasaan, intensitas, arti tambahan (konotasi), daya liris, dan segala pengertian tanda-tanda yang ditimbulkan oleh konvensi sastra.

      Menurut Pradopo studi sastra bersifat semiotic adalah usaha untuk menganalisis karya sastra sebagai suatu system tanda-tanda dan menentukan konvensi-konvensi apa yang memungkinkan karya sastra mempunyai makna-makna. Dengan melihat variasi-variasi di dalam struktur karya sastra atau hubungan dalam antar unsurnya akan dihasilkan bermacam-macam makna. Oleh karena memberi makna karya itu dengan jalan mencari tanda-tanda yang memungkinkan timbulnya makna sastra.

Dilihat dari segi cara kerjanya, terdapat tiga semiotic, yaitu

  1. Sintaksis semiotik, yaitu studi dengan memberikan intensitas hubungan tanda dengan tanda-tanda yang lain.
  2. Semantik semiotik, studi dengan memberikan perhatian pada hubungan tanda dan acuannya.
  3. Pragmatik semiotik, studi dengan memberikan perhatian pada hubungan anatara pengirim dan penerima.
    Ada banyak cara yang ditawarkan dalam rangka menganalisis karya sastra secara semiotic. Cara yang paling umum adalah dengan menganalisis karya melalui dua tahapan sebagai mana ditawarkan oleh Wellek dan Warren (dalam Hudayat, 2007: 67) yaitu analisi intrinsic (analisis mikrostruktur) dan analisis ekstrinsik (analisis makrostruktur).
      Cara yang lain seperti yang dikemukakan Abrams (dalam Hudayat, 2007: 62) dilakukan dengan menggabungkan empat aspek, yaitu pengarang (ekspresif), semestaan (memetik), pembaca (pragmatik), dan objektif (otonom)
      Dalam sastra arti bahasa itu mendapat arti tambahan atau konotasi. Lebih-lebih dalam puisi, konvensi sastra sangat jelas member arti tambahan kepada arti bahasanya. Misalnya tipografi (tata huruf) secara linguistik tidak mempunyai makna dalam puisi (sastra) karena konvensinya.


C. Metode Semiotik Dalam Penelitian Sastra
      Dalam sastra ada jenis-jenis sastra (genre) dan ragam, jenis sastra prosa dan puisi, prosa mempunyai ragam: cerpen, novel, dan roman (ragam utama). Dalam menganalisis karya sastra, peneliti harus menganalisi tanda itu dan menentukan konvensi-konvensi apa yang memungkinkan tanda-tanda atau struktur tanda-tanda dalam rangka sastra itu mempunyai makna.
      Sebagai contoh, genre puisi merupakan system yang mempunyai system tanda, yang mempunyai satuan tanda (yang minimal) seperti kosakata, bahasa kiasan (personifikasi, simile, metafora, dan lain-lain). Tanda-tanda itu mempunyai makna berdasarkan konvensi-konvensi dalam sastra. Di antara konvensi-konvensi puisi adalah konvensi kebahasaan: baha kiasan, sarana retorika, dan gaya bahasa pada umumnya. Di samping itu ada konvensi ambiguitas, kontradiksi, dan nonsense. Ada pula konvensi visual: bait, baris, sajak, rima, tipografi.
      Di samping metode yang telah diurai, ada metode yang lebih khusus untuk meneliti karya sastra secara semiotik pembacaan heuristik dan pembacaan hermeneutic atau retroaktif.
      Dikemukakan oleh Riffaterre (dalam Pradopo, 2003: 71) bahwa puisi itu dari dahulu hingga sekarang selalu berubah karena evolusi selera dan konsep estetik yang selalu berubah dari period eke periode. Ketidaklangsungan ekspresi yang tidak langsung, yaitu menyatakan pikiran atau gagasan secara langsung dengan cara lain.
      Ketidaklangsungan ekspresi itu menurut Riffaterre disebabkan oleh tiga hal, yaitu penggantian arti, penyimpangan arti, dan penciptaan arti.
1. Penggantian Arti
      Penggantian arti disebabkan oleh penggunaan metafora dan metonimi dalam karya sastra. Metafora dan metonimi dalam arti luasnya untuk menyabut bahasa kiasan pada umumnya. Metafora itu bahasa kiasan yang menggunakan atau mengganti sesuatu hal yang tidak menggunakan kata perbandingan: seperti, bagai, dan sebagainya.

2. Penyimpangan Arti
      Riffaterre menyatakan bahwa penyimpangan arti itu disebabkan oleh tiga hal, yaitu ambiguitas, kontradiksi, dan nonsense. Ambiguitas dapat berarti kegandaan arti sebuah kata, frase, ataupun kalimat. Kedua, kontradiksi berarti mengandung pertentangan, berlawanan. Ketiga, nonsense adalah ‘kata-kata’ yang secara linguistik tidak memiliki arti, hanya berupa rangkaian bunyi dan tidak terdapat dalam kamus.

3. Penciptaan Arti
      Penciptaan arti ini merupakan mengorganisasi teks, di luar linguistic. Di antaranya pembaitan, enjamben, persajakan (rima), dan tipografi. Julian Kristeva (dalam Pradopo, 2003: 78) mengemukakan bahwa tipe teks itu, termasuk sastra merupakanmosaik kutipan-kutipan dan merupakan penyerapan serta transformasi teks-teks lain.


D. Pembacaan Semiotik
      Pembacaan semiotik dibagi menjadi dua, yaitu pembacaan hermeneutik dan pembacaan heruistik. Pembacaan hermeneutik adalah pembacaan ulang (retroaktif) sesudah pembacaan heruistik dengan memberikan konvensi sastranya. Pembacaan heruistik adalah pembacaan ‘tata bahasa’ ceritanya, yaitu pembacaan dari awal sampai akhir cerita secara berurutan. Untuk mempermudah pembacaan ini dapat berupa pembuatan sinopsis cerita. Pembacaan heruistik adalah penerangan kepada bagian-bagian cerita secara berurutan.
1. Pembacaan Heruistik
      Dalam pembacaan heruistik ini, sajak dibaca berdasarkan struktur kebahasaannya. Untuk memperjelas arti bilamana perlu diberi sisipan kata atau sinonim kata-katanya ditaruh dalam tanda kurung. Begitupun struktur kalimatnya disesuaikan dengan kalimat baku (berdasarkan tata bahasa normative).

2. Pembacaan Hermeneutik atau Retroaktif
      Pembacaan heruistik harus diulang kembali dengan bacaan retroaktif dan ditafsirkan secara hermeneutik berdasarkan konvensi sastra (puisi), yaitu sistem semiotik tingkat kedua.


BAB III
KESIMPULAN

      Semiotik adalah ilmu tanda-tanda. Tanda mempunyai dua aspek, yaitu penanda (signifier) dan petanda (signified). Studi semiotik sastra adalah usaha untuk menganalisis sebuah sistem tanda-tanda. Penelitian sastra dengan pendekatan semiotik menggambarkan kepada kita bahwa untuk memahami karya sastra itu, kita harus memahami tanda-tanda yang ada di dalamnya meliputi arti bahasa, suasana, perasaan, intensitas, arti tambahan (konotasi), daya liris, dan segala pengertian tanda-tanda yang ditimbulkan oleh konvensi sastra.


DAFTAR PUSTAKA

pribadiuntuksemua.blogspot.com. (2010, 14 November). Analisis Puisi Semiotik. Diakses pada 20 Otober 2020, dari http://pribadiuntuksemua.blogspot.com/2010/11/analisis-puisi-semiotik.html?m=1 


Friday, May 27, 2022

Pembinaan Majalah Sekolah

MAKALAH

SANGGAR BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

“PEMBINAAN MAJALAH SEKOLAH”

Dosen Pengampu: Dra. Lisdwiana Kurniati, M.Pd.


Disusun Oleh:

Kelompok 13

Umi Fitriatunisa 2019406403036

Ami Ulandari 2019406403067

Nindia Febriyanti 2019406403065



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU

TAHUN AKADEMIK 2021/2022



KATA PENGANTAR


Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pembinaan Majalah Sekolah”. Kemudian, shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw. yang telah menyampaikan pedoman hidup yakni Al-Qur’an dan As-sunnah bagi seluruh umat manusia.


Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pengampu Mata Kuliah Sanggar Bahasa dan Sastra Indonesia ibu Dra. Lisdwiana Kurniati, M.Pd. yang telah mengarahkan kami dalam menyusun makalah ini. Teri kasih juga tidak lupa kami ucapkan kepada teman-teman mahasiswa yang juga sudah member kontribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah ini.


Penulis sudah berusaha semaksimal mungkin menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan baik dan benar. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan kritik yang membangun dari para pembaca agar makalah ini dapat memberikan manfaat secara optimal bagi diri penulis sendiri dan bagi para pembaca.

Pringsewu, 19 Maret 2022


Penyusun




DAFTAR ISI


HALAMAN JUDUL......................................... i

KATA PENGANTAR...................................... ii

DAFTAR ISI................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang......................................... 1

B. Rumusan Masalah................................... 2

C. Tujuan Pembahasan............................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Majalah sekolah................. 3

B. Ciri-Ciri Majalah Sekolah...................... 3

C. Fungsi Majalah Sekolah......................... 3

D. Manfaat Majalah Sekolah..................... 4

E  Organisasi Majalah Sekolah................. 8

F. Langkah-langkah Dalam Membuat Majalah Sekolah.......................................... 11

G. Rubrik (materi) Dalam Majalah Sekolah......................................................... 12

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan............................................. 14

B. Saran......................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA



BAB I

PENDAHULUAN


A. Latar Belakang

Dewasa ini perkembangan teknologi semakin pesat sehingga berdampak pada perilaku dan gaya hidup masyarakat. Selain itu, sebagai makhluk sosial, manusia senantiasa berusaha untuk mengetahui hal-hal yang terjadi di sekitarnya. Media massa menyediakan informasi yang di perlukan guna memenuhi kebutuhan akan informasi tersebut, baik media cetak maupun media elektronika. Adapun peran spesifik media cetak dalam penyampaian informasi, diantaranya berkaitan dengan reading habit dan tradisi menulis. Majalah sebagai media cetak merupakan salah satu sumber informasi yang pada saat ini semakin populer di masyarakat. Majalah merupakan bagian dari pers yang membawa misi penerangan, pendidikan, dan hiburan. Karena termasuk sebagai media cetak, maka pesan-pesan dalam majalah bersifat permanen dan publik dapat mengatur tempo dalam membacanya, selain itu pula kekuatan utamanya adalah dapat dijadikan sebagai bukti (Assegaff, 1980).


Media massa sebagai alat komunikasi telah memberikan kontribusi yang besar dalam peradaban manusia, tidak terkecuali bidang pendidikan, media massa dapat memicu seseorang untuk giat berprestasi, media massa mempopulerkan orang-orang yang sukses di bidangnya sehingga dapat menjadi inspirasi bagi orang lain. Kegiatan mengelola media massa juga bagian dari pendidikan karena itu pengelolaan media massa dapat dimulai dari sekolah.


Media massa di sekolah sebagai sarana penunjang siswa mengembangkan bakat dan kreatifitas seperti majalah dinding, bulletin, artikel dan mungkin juga majalah sekolah, karena itu kegiatan tersebut dikembangkan dalam rangka melatih kreatifitas siswa dan jiwa jurnalistik. Mengingat masih kurangnya bakat menulis di Indonesia baik di kalangan akademis mapun non akademis maka dirasa perlu untuk menumbuhkan bakat menulis sedini mungkin.


B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud majalah sekolah?

2. Apa saja ciri-ciri majalah sekolah?

3. Apa fungsi majalah sekolah?

4. Apa saja manfaat majalah sekolah?

5. Siapa saja yang masuk ke dalam organisasi majalah sekolah?

6. Bagaimana langkah-langkah dalam membuat majalah sekolah?

7. Apa saja rubrik (materi) dalam majalah sekolah?

8. Bagaimana contoh majalah sekolah?


C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui majalah sekolah?

2. Untuk mengetahui ciri-ciri majalah sekolah?

3. Untuk mengetahui fungsi majalah sekolah?

4. Untuk mengetahui manfaat majalah sekolah?

5. Untuk mengetahui organisasi majalah sekolah?

6. Untuk mengetahui langkah-langkah dalam membuat majalah sekolah?

7. Untuk mengetahui rubrik (materi) dalam majalah sekolah?

8. Untuk mengetahui contoh majalah sekolah?



BAB II

PEMBAHASAN


A. Pengertian Majalah Sekolah

Majalah sekolah adalah majalah yang diterbitkan oleh sekolah dan ditunjukkan pada khalayak internal, yaitu kepada siswa, guru, atau karyawan di sekolah. Keberadaan majalah sekolah sangat penting sebagai media penampung karya siswa sekaligus sebagai media komunikasi. Majalah sekolah bersifat informatif, edukatif, dan rekreatif. Sebagai media yang bersifat informatif memiliki makna memberi informasi dan edukatif memiliki makna mendidik, majalah sekolah juga dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran sebagai media pembelajaran. Majalah sekolah sebagai media komunikasi yang menyajikan informasi secara dalam dan memiliki nilai aktualitas yang lebih lama dibandingkan dengan surat kabar dan tabloid, serta menampilkan gambar atau foto yang lebih banyak. Selain itu, halaman muka (cover) dan foto dalam majalah lebih memiliki daya tarik, dan ciri lainnya. Pengelola majalah sekolah adalah para siswa yang menjadi anggota redaksi atau aktif dalam proses produksi majalah sekolah, misalnya bagian printing, fotografer, kartunis, bagian sirkulasi, dan sebagainya.


B. Ciri-Ciri Majalah Sekolah

1. Majalah sekolah diterbitkan di lingkungan sekolah.

2. Upaya penerbitan majalah sekolah biasanya dikoordinasikan dalam satu sesi kegiatan ekstrakurikuler OSIS.

3. Sasaran utama pembaca majalah sekolah adalah siswa di lingkungan sekolah.

4. Dari segi pernyataan, majalah yang diterbitkan di lingkungan sekolah, isi pernyataannya lebih mengutamakan kepentingan publikasi pendidikan dan pengajaran di sekolah.

5. Penampilan majalah sekolah tidak mengandung unsur SARA.


C. Fungsi Majalah Sekolah

1. Majalah Sekolah Sebagai Sarana Berekspresi dan Berkreasi Bagi Siswa

Dengan majalah sekolah, siswa berlatih untuk mengungkapkan gagasan yang dia tulis dalam bentuk artikel, cerita pendek, atau puisi. Selain itu, siswa juga berlatih untuk menulis sebuah laporan berdasarkan wawancara.


2. Melatih Berorganisasi dan Kerjasama di dalam Tim

Lazimnya sebuah majalah sekolah dikelola oleh beberapa orang di dalam sebuah tim yang dinamakan dengan redaksi. Dengan ikut terlibat di dalam pembuatan majalah sekolah, siswa akan berlatih untuk bekerja sama di dalam sebuah tim redaksi. Ini sangat penting dan bisa menjadi modal pengalaman yang berharga bagi siswa kelak pada masa mendatang.


3. Majalah Sekolah Bisa Menjadi Sarana Publikasi Sekolah yang Sangat Aktif

Majalah yang dikelola dengan serius atau professional akan menjadi sarana mengenalkan sekolah secara lebih luas dan efektif. Tak hanya bermanfaat bagi sekolah, para penulis yaitu guru maupun siswa juga akan lebih dikenal dengan menulis di sebuah majalah sekolah.


D. Manfaat Majalah Sekolah

1. Media Pemberdayaan Potensi Menulis

Manfaat majalah atau penerbitan sekolah sebagai media pemberdayaan potensi menulis. Setiap siswa mempunyai potensi, salah satunya adalah menulis. Hanya saja tidak semua siswa berkeinginan untuk mengasah potensi yang dimiliki. Potensi artinya kemampuan dasar yang masih tersembunyi. Kemampuan itu harus dikembangkan, dilatih, atau diasah agar menjadi kemampuan nyata. Begitu pula potensi menulis, potensi itu baru akan berkembang menjadi keterampilan menuangkan gagasan dalam bentuk tulisan jika telah melalui serangkaian latihan seccara terus menerus.


Majalah sekolah merupakan salah satu wadah penyalur minat untuk mengasah potensi menulis. Mereka yang berminat dalam dunia tulis menulis dapat mengirim tulisan ke media yang sudah ada, misalnya majalah. Akan tetapi, ada hal lain yang tidak dapat diperoleh dari penerbitan-penerbitan media sekolah. Namun, ketika menjadi salah satu pengolah penerbitan sekolah, seorang siswa akan memiliki ruang yang lebih leluasa untuk mengembangkan kreativitas. Sehingga dapat menentukan materi dan jenis tulisan, serta gaya penulisan dengan tidak lagi bergantung pada dewan redaksi penerbitan lain.


Selain itu, penerbitan sekolah lebih dekat dengan realitas kita sehari-hari. Dengan menulis berita seputar peristiwa sekolah, tentang teman, atau tentang guru. Begitu juga dalam menulis artikel seorang siswa dapat mengangkat problem nyata yang langsung menyentuh masalah-masalah di sekolah dan penerbitan sekolah memungkinkan untuk mengangkat tema tulisan dengan muatan local yang sangat kental. Dengan adanya media sekolah, para siswa yang berminat menjadi penulis, akan memiliki peluang besar tulisannya terakumulasi.


Dengan adanya penerbitan sekolah, kemungkinan bibit-bibit tersebut akan memiliki ruang untuk tumbuh, belajar dan mengasah keterampilan sehingga suatu saat mampu bersaing di media yang kompetitif.


2. Penyalur Aspirasi

Majalah sekolah juga berperan sebagai penyalur aspirasi. Misalkan seorang siswa melihat pengelolaan perpustakaan yang kurang professional di sekolah, maka sebagai pengelola majalah sekolah dapat menulis artikel tentang peran penting perpustakaan sebagai pelayan kebutuhan pustaka bagi siswa dan guru dalam konteks pembelajaran berbasis kompetensi. Sebuah aspirasi memang dapat dilakukan secara lisan, namun aspirasi itu akan efektif diterima apabila disampaikan dengan tulisan. Melalui tulisan, pikiran dapat tersampaikan dengan bahasa yang sistematis, teratur, dan menyeluruh.


Selain itu, dengan tulisan juga memungkinkan siswa dapat mengungkapkan suatu kritikan dengan bahasa yang halus dan menyentuh bahkan dengan bahasa sindiran, misalkan anekdot atau kartun. Jika majalah sekolah dapat memainkan peran sebagai penyalur aspirasi segenap warga sekolah, memungkinkan tidak akan ada lagi aksi corat-coret di dinding kelas atau bangku. Tidak ada lagi umpatan-umpatan kotor di dinding kamar kecil, karena semua pemikiran akan tersalur melalui yang semestinya dan pihak yang bersangkutan juga akan menangkapnya sebagai sebuah pesan secara efektif.


3. Media Komunikasi

Sekolah dapat dikatakan sebuah sistem, di dalamnya terdapat guru, siswa, karyawan, kepala sekolah, pembantu kepala sekolah atau wakil kepala sekolah serta secara tidak langsung orang tua atau wali murid. Sebagai sebuah sistem, segenap unsur yang ada di sekolah harus memainkan fungsi masing-masing secara sinergis, saling mengisi, dan tidak saling kontradiksi. Artinya, setiap komponen harus berjalan berdasarkan satu visi-misi, satu cita-cita dan sattu tujuan, yakni meningkatkan sumber daya manusia (SDM).


Agar semua unsur tersebut saling terkait dalam satu visi-misi, satu cita-cita, satu tujuan, mereka harus saling berkomunikasi. Majalah sekolah dapat berperan sebagai media komunikasi yang bersifat missal, efisien, menyeluruh, praktis, dan multiarah.


4. Media Pembelajaran Berbasis Baca-Tulis

Pembelajaran akan efektif, apabila siswa menyediakan waktu yang memadai untuk berpikir mandiri. Kongkritnya, siswa memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dengan banyak membaca dan menuliskan hasil pemahaman atau hasil bacaannya dalam bentuk tulisan. Sebagai pembelajaran baca-tulis yaitu pembelajaran yang dimulai dengan menuliskan makna yang telah dipahami dalam bentuk karya tulis.


Dalam konsep ini, belajar tidak cukup hanya dengan mendengarkan penjelasan guru, lalu mencatat dan menghafalkan. Perjuampaan dengan guru harus ditindaklanjuti dengan kemauan melakukan eksplorasi, membaca masalah-masalah di sekitar, membaca buku dan yang tidak kalah pentingnya adalah menuliskan hasilnya dalam bentuk publikasi. Majalah sekolah berperan penting dalam member ruang kepada siswa untuk mempublikasikan pikiran-pikirannya sebagai reaksi atas segala hal yang telah dibaca dan dipahami.


5. Media Belajar Organisasi

Bagi pengelola majalah sekolah, terutama tim dewan redaksi, kegiatan penerbitan majalah sekolah merupakan media untuk belajar berorganisasi dengan pendekatan praktik. Mereka dapat belajar cara-cara membuat perencanaan (planning), mengidentifikasi tugas-tugas dan mengorganisasikannya (organizing), membagi tugas-tugas (distributing), dan mengevaluasi ketercapaian tujuan dari kegiatan (evaluating). Semua itu merupakan kemampuan seorang manajer sebuah organisasi.


6. Penyemai Demokrasi

Sejak diberlakukan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), kini setiap sekolah boleh dan memang harus mengatur segala proses pendidikan di sekolah masing-masing secara mandiri. Artinya, harus ada mekanisme, demokrasi, transparansi (keterbukaan). Apabila konsep ini diterapkan segenap warga sekolah harus terlibat dalam keseluruhan pengambilan kebijakan sekolah.


Majalah sekolah berperan sebagai media control terhadap gejala-gejala penyimpangan terhadap mekanisme demokrasi. Melalui media sekolah, orang tua, guru, dan siswa bisa saling “berteriak” saat rambu-rambu kesepakatan dilanggar. Bila melalui artikel, juga melalui surat pembaca dan yang lainnya. Selain itu, media sekolah bisa memerankan diri sebagai pembentuk opini massa. Pada saat kegiatan ekstrakurikuler kurang mendapat perhatian dari manajemen sekolah, misalkan dengan membuat laporan utama tentang pendapat para siswa dan guru yang menekankan pentingnya kegiatan ekstrakurikuler.


Apabila fungsi ini dilaksanakan dengan baik, majalah sekolah bisa menempatkan posisi sebagai salah satu pilar demokrasi. Dampak bagi siswa juga akan sangat berharga, yakni diperolehnya pengalaman nyata tentang bagaimana menyampaikan pikiran dalam suatu sistem demokratis dengan cara konstruktif dan bermartabat.


7. Media Promosi

Penerbitan majalah sekolah salah satunya yaitu majalah sekolah merupakan gambaran dari aktivitas, kebijakan, dan pemikiran yang berkembang di suatu sekolah. Sekolah yang sistemnya bagus dengan pemikiran guru dan siswa yang kritis dan cerdas dapat terbaca dalam sebuah penerbitan. Dengan begitu sekolah tersebut secara otomatis akan terpromosikan. Tanpa iklan, tanpa poster di pinggir jalan, masyarakat akan bisa mengetahui sejauh mana kualitas, artinya majalah sekolah sekaligus dapat berfungsi sebagai media promosi sekolah. 


E. Organisasi Majalah Sekolah

1. Pelindung

Pelindung biasanya adalah kepala sekolah. Dalam pelaksanaan, memang kepala sekolah tidak banyak terlibat secara teknis dalam keredaksian, tapi perannya tidak bisa ditinggalkan. Dalam hal ini, tercantumnya kepala sekolah dalam susunan dewan redaksi merupakan legitimasi bagi keabsahan penerbitan sekolah. Dapat juga dikatakan, dengan tercantumnya kepala sekolah, berarti penerbitan tersebut legal sebagai bagian dari kebijakan sekolah. Tentu saja, ini berkaitan dengan sistem pendanaan.


Sistem pendanaan penerbitan sekolah tentu tidak lepas dari kebijakan kepala sekolah, biasanya, sumber dana berasal dari siswa yang ditarik bersama-sama dengan uang SPP. Untuk bisa melaksanakan mekanisme ini, tentu dibutuhkan kebijakan kepala sekolah. Di sinilah posisi kepala sekolah sebagai pelindung terlihat begitu strategis.


Selain dalam hal sistem pendanaan, fungsi kepala sekolah sebagai pelindung juga berkaitan dengan pertanggungjawaban terhadap isi penerbitan. Meski secara real pemimpin redaksi yang bertanggung jawab dalam hal isi atau materi penerbitan, kepala sekolah sebagai pelindung juga mendapatkan beban pertanggungjawaban secara psikologis, terutama dalam hubungannya dengan pihak luar



2. Pengarah

Pengarah bisa diisi dengan wakil kepala sekolah dan guru pembimbing. Dalam hal ini, jumlah pengarah tidak ada batasan. Bisa saja semua wakil kepala sekolah (kurikulum, kesiswaan, sara dan humas) diikutkan semua, bisa juga cukup waksek kesiswaan dan seorang pembimbing. Kalau tujuannya untuk memperkuat legitimasi, ikutkan saja semua wakasek. Tapi kalau tujuannya untuk efisiensi, pengarah cukup terdiri dari wakasek kesiswaan dan satu pembimbing. Memang tidak ada aturan baku dalam hal ini.


Pengarah ini relative lebih fungsional dalam proses penerbitan ketimbang pelindung. Dalam rapat-rapat rutin menjelangg penerbitan, pengarah diharapkan terlibat secara intensif. Di sinilah pengarah dapat memberikan usulan tema atau setidaknya turut menyetujui usulan topic yang akan diangkat. Pengarah juga harus berperan dalam memberikan rambu-rambu dari isi penerbitan.


Fungsi pengarah bukan untuk membatasi atau mematikan kreativitas, ataupun untuk membatasi kebebasan berekspresi. Pengarah hanya memberikan arahan global yang tetap memberikan keleluasan kepada siswa untuk berekspresi dalam lingkaran batas norma-norma yang ada, terutama dalam konteks sekolah sebagai lingkungan pendidikan.


3. Pemimpin Redaksi

Pemimpin redaksi dapat dikatakan sebagai kunci terpenting dari kunci-kunci penting lainnya. Pemimpin redaksi inilah coordinator operasional dalam penerbitan. Wilayah operasinya sangat luas. Ia harus mampu menangkap arahan dan usulan dari pelindung dan pengarah sekaligus menjabarkannya dalam kebijakan-kebijakan nyata. Dialah yang memimpin rapat-rapat redaksi, membuat kesimpulan-kesimpulan dan memimpin pelaksanaannya.


4. Redaktur Pelaksana (Redpel)

Siswa yang menjadi redpel bertanggungjawab terhadap mekanisme kerja redaksi. Ia membuat perencanaan isi untuk setiap penerbitan. Ia juga harus bisa mengatur dengan baik ritme kerja di bawahnya, yakni para reporter sekolah yang bertugas untuk mencari berita dan narasumber. Ia mengoordinasikan alur perjalanan naskah dari reporter sampai ke tata letak (lay out). Ibaratnya, dialah yang menyupervisi kerja reporter atau wartawan sekolah.


5. Reporter

Inilah garda penting dalam majalah sekolah. Reporter ibarat pasukan elite karena diisi oleh siswa-siswi yang memiliki keterampilan menulis yang baik. Tugas mereka di antaranya adalah mencari berita menarik yang terkait dengan sekolah dan mewawancarai narasumber tertentu. Misalnya, siswa dan guru berprestasi atau alumni yang sukses. Atau kiprah sekolah dalam mengikuti ajang tertentu seperti olimpiade sains dan kejuaraan lain. Kemampuan jurnalistik mereka juga mesti ditunjang dengan pengetahuan fotografi yang baik. Sebab, itulah yang mendukung baik atau tidaknya hasil kerja mereka di lapangan.


6. Editor

Tugasnya menyunting naskah yang ditulis oleh wartawan sekolah untuk meminimalkan kesalahan dalam hal ejaan. Ia juga memiliki kualifikasi menulis yang baik dan paham tata bahasa Indonesia. Dengan demikian, diharapkan berita, artikel, ataupun rubric tertentu menjadi lebih enak dibaca dan mudah dipahami.


7. Tenaga Desain dan Tata Letak (layouter)

Siswa yang menjadi tenaga tata letak (layouter) harus memiliki kualifikasi tertentu. Terutama bisa menggambar dan menguasai desain grafis. Di antaranya, mampu menjalankan program Adobe Photoshop, Adobe Indesign, Corel Draw, ataupun Pagemaker. Tata letak ini menentukan keindahan atau estetika suatu majalah sekolah. Bisa dikatakan, tata letak memegang peran penting dalam menjaga mutu atau kualitas majalah sekolah.


8. Bagian Bisnis

Para murid yang bertugas di divisi ini memiliki tanggung jawab untuk menjalankan roda iklan, promosi, pemasaran, dan sirkulasi. Keberadaan divisi bisnis ini juga sangat penting. Keberlangsungan sebuah penerbitan majalah sekolah juga berada pada sukses atau tidaknya tim bagian/divisi bisnis dalam menjalankan tugasnya. Misalnya, mereka bisa menjaring iklan dari sponsor tertentu atau alumni dan dananya bisa dipakai untuk biaya penerbitan sekolah. Merekalah yang bertugas mencari sumber dana untuk penerbitan majalah sekolah. Mengingat pentingnya bagian ini, biasanya ada pelatihan khusus manajemen bagi anggotanya.


F. Langkah-langkah Dalam Membuat Majalah Sekolah

1. Membentuk Tim Redaksi

Dibutuhkan beberapa orang di dalam sebuah redaksi. Orang-orang di dalam redaksi inilah yang akan siap bekerja keras untuk mewujudkan majalah sekolah. Merekalah yang akan bertanggungjawab untuk menerbitkan majalah sekolah, termasuk menentukan focus/tema dalam setiap penerbitan majalah sekolah tersebut.

Biasanya tim redaksi terdiri atas:

  • Pemimpin redaksi
  • Sekretaris redaksi
  • Bendahara redaksi
  • Editor
  • Koordinator liputan
  • Koordinator non liputan 
  • Reporter
  • Illustrator
  • Penata letak (Lay-outer)

Susunan di atas tidak bersifat mutlak. Susunan di atas bisa bertambah maupun berkurang. Semuanya tergantung pada kebutuhan redaksi. Misalnya, ada kalanya kita tidak memerlukan adanya illustrator dan layouter karena keduanya digarap oleh pihak percetakan/penerbitan.


2. Menentukan Rubrik Majalah

Kita bebas menentukan rubrik yang akan ditampilkan pada setiap terbitan majalah kita. Rubrik-rubrik tersebut disesuaikan dengan kebutuhan majalah.

Beberapa rubrik tertentu juga bisa ditampilkan sebagai ciri khusus yang khas dari majalah kita. Oleh sebab itu, nama rubrik bisa kita buat dengan nama yang unik. Misalnya, ruik Arena Kecil (ini sebuah rubrik di Majalah Bobo yang memuat tulisan-tulisan pengalaman dari anak-anak).


3. Menentukan Dead Line

Dead line adalah tenggat atau batas waktu, meliputi batas waktu pengumpulan naskah, target selesai editing, maupun selesai proses tata letak dan cetak. Tenggat atau batas waktu ini bisa juga diartikan dengan pembuatan schedule atau rangkaian jadwal kerja untuk penerbitan majalah. Dead line ini harus dipatuhi atau dilaksanakan dengan baik oleh segenap redaksi bila memang betul-betul menginginkan majalah sekolah itu terbit tepat waktu. Sebenarnya ini masalah kedisiplinan, kebiasaan menunda-nunda pekerjaan, inilah yang sering menghambat proses penerbitan majalah sekolah.


G. Rubrik (materi) Dalam Majalah Sekolah

Beberapa rubrik untuk majalah sekolah antara lain:

1. Laporan utama atau fokus utama

Misalnya bersiap menghadapi Ujian Nasional.


2. Berita

Berisi kegiatan-kegiatan di sekolah seperti peringatan hari kemerdekaan indonesia, hari guru, seminar, dan lain-lain.


3. Artikel atau kolom

Bisa diisi oleh guru dengan tema bebas. Bisa sesuai dengan focus utaa, maupun tema lainnya.


4. Wawancara

Misalnya wawancara dengan kepala dinas terkait dengan persiapan ujian nasional.


5. Profil tokoh inspiratif

Bisa diisi dengan guru atau siswa yang berprestasi di sekolah. Siapa pun yang bisa menjadi inspirasi dapat ditampilkan di rubrik ini.


6. Fiksi berupa cerita pendek dan puisi

Rubik ini memberi kesempatan yang luas bagi para siswa untuk unjuk karya.


7. Komik atau gambar seri

Salah satu aktivitas favorit siswa adalah menggambar. Dalam hal ini halaman majalah sekolah berisi gambar yang sesuai dengan judul majalah yang dibuat.



BAB III

PENUTUP


A. Kesimpulan

Majalah sekolah adalah majalah yang diterbitkan oleh sekolah dan ditunjukkan pada khalayak internal, yaitu kepada siswa, guru, atau karyawan di sekolah. Majalah sekolah bersifat informatif, edukatif, dan rekreatif. Sebagai media yang bersifat informatif memiliki makna memberi informasi dan edukatif memiliki makna mendidik, majalah sekolah juga dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran sebagai media pembelajaran.


Fungsi majalah sekolah: majalah sekolah sebagai sarana berekspresi dan berkreasi bagi siswa, melatih berorganisasi dan kerjasama di dalam tim, majalah sekolah bisa menjadi sarana publikasi sekolah yang sangat aktif. Manfaat majalah sekolah: media pemberdayaan potensi menulis, penyalur aspirasi, media komunikasi, media pembelajaran berbasis baca-tulis, media belajar organisasi, penyemai demokrasi, media promosi.


Organisasi majalah sekolah: pelindung, pengarah, pimpinan redaksi, redaktur pelaksana, reporter, editor, tenaga desain dan tata letak, bagian bisnis. Langkah-langkah dalam membuat majalah sekolah: membentuk tim redaksi, menentukan rubrik majalah, menentukan dead line. Rubrik (materi) dalam majalah sekolah: laporan utama atau fokus utama, berita, artikel atau kolom, wawancara, profil tokoh inspiratif, fiksi berupa cerita pendek dan puisi, komik atau gambar seri.


B. Saran 

Demikian makalah yang dapat kami susun dan kami sangat menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan maka kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dan pengembangan sangat kami harapkan. Dan semoga ini dapat menambah pengetahuan kita dan bermanfaat. Amin.



DAFTAR PUSTAKA


Mulyoto. 2012. Hari Gini Gak Punya Majalah Sekolah? Bikin Yuk. Yogyakarta: ANDI Yogyakarta.


Hayuningrum, Wulan. 2012. Makalah Pembinaan Majalah Sekolah. Online. (diakses dari https://www.scribd.com/document/502413755/MAKALAH-PEMBINAAN- MAJALAH-SEKOLAH, pada 18 Maret 2022)


ana.ozen.blogspot.com. 2017. Kumpulan Makalah. Online. (diakses dari http://anaozen.blogspot.com/2017/10/penerbitansekolah-makalah-ini disusun.html?m=1, pada 20 Maret 2022)


Budi Wahyudi, Agus. 2016. Manajemen Majalah Sekolah Kelas A. Online. (diakses dari http://budiyuks.blogspot.com/2016/09/tugas-manajemen-majalah-sekolah- kelas-b.html?m=1, pada 20 Maret 2022)

Kelompok 3 (Menentukan dan Membandingkan Ide Pokok dan Ide Penjelas dalam Teks Argumentasi)

 KELOMPOK 3 TEKS ARGUMENTASI Pentingnya Menjaga Kebersihan Lingkungan Menjaga kebersihan lingkungan merupakan tanggung jawab kita bersama. L...